FOKUSJATENG.COM, WONOGIRI – Save The Children Indonesia bersama Migrant CARE Jawa Tengah mengadakan diskusi forum pentahelix tentang mitigasi bencana kekeringan di Kabupaten Wonogiri. Bertempat di Rumah Makan Saraswati, JL. RM Said, Giriwono, Wonogiri (30/01)
Prijo Wasono dari Migrant CARE selaku program manager dalam respon kekeringan di Wonogiri menjelaskan, diskusi tersebut diselenggarakan karena ada kondisi obyektif, bahwa kekeringan akibat el – nino berdampak cukup parah di Kabupaten Wonogiri. Beberapa desa yang belum pernah mengalami kekeringan, pada tahun 2023 lalu ikut mengalami kekeringan. Hal inilah yang mendasari pentingnya mempertemukan stakeholder air lintas sektor dalam satu forum. Harapan kedepan, tentu saja ada kolaborasi pentahelix dalam mitigasi bencana kekeringan jika terjadi lagi di masa datang. Selain itu, masyarakat juga memiliki kesiapsiagaan bila terjadi lagi bencana kekeringan. Meski tentu saja hal tersebut tidak di harapkan, sehingga perlu ada upaya – upaya pencegahan dan mitigasi sejak sekarang. ” Untuk menghadapi serta menanggulangi kondisi cuaca yang tak menentu, pemerintah bersama stakeholder harus sinergi menemukan solusi ” paparnya.
Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan dari pendampingan Migrant CARE selama tiga bulan sejak bulan November – Januari 2024 di tujuh desa di wonogiri yang terdampak kekeringan. Tujuh desa tersebut adalah Desa Jeblogan Kecamatan Karangtengah, Desa Boto dan Setrorejo kecamatan Baturetno, Desa Genukharjo dan Mojopuro Kecamatan Wuryantoro serta desa Dawungan dan Guno kecamatan Jatiroto. Untuk ketujuh desa tersebut, Migrant CARE bersama Save the Children Indonesia telah melakukan droping air sejumlah 870.000 liter untuk 1.541jiwa sejak akhir November 2023 hingga awal Januari 2024.
Selain kegiatan droping, Migrant CARE juga melakukan pendampingan relawan desa dalam Menyusun Rencana Penanggulangan Bencana tingkat Desa. Dan forum diskusi pada hari ini, sebagai forum pembelajaran bersama antar desa dalam menyusun Rencana Penanggulangan Bencana Kekeringan menjadi rencana bersama. Rencana inilah yang menjadi bahan diskusi bersama pada hari ini dengan mengundang dinas terkait dan unsur lain sebagai forum Pentahelix agar mendapat masukan dan dukungan dari semua pihak. Rencana tersebut meliputi Rencana kegiataan sebelum (pra) bencana, jika terjadi bencana dan pasca bencana.
Hadir pada kesempatan tersebut, Kepala Pelaksana Harian BPBD Provinsi Jawa Tengah, Bergas Catursasi Penanggungan, dan juga Kepala Pelaksana BPBD Wonogiri, Trias Budiono
Dalam paparan materinya, Kalakhar BPBD Provinsi Jawa Tengah menyampaikan mendukung inisiatif Migrant CARE menyelenggarakan forum koordinasi lintas sektor, dalam kebencanaan hal ini dikenal dengan istilah pentahelix, yakni Pemerintah, Dunia Usaha, Masyarakat, Akademisi dan Media Massa, karena bencana sesuai mandat UU No.24 tahun 2007 bahwa bencana menjadi urusan kita bersama, bukan hanya Pemerintah saja.
Secara teknis, Kalkhar BPBD Provinsi Jateng, Bergas Catursasi Penanggungan menyoroti aspirasi warga agar jangan hanya melihat sumur dalam bor sebagai satu satunya solusi dalam menanggulangi kekeringan. Tapi penting juga tindakan pencegahan, misalnya dengan penghijauan dan jenis tanaman yang tepat sesuai kondisi lokal. Solusi sumur dalam dengan bor, pada umumnya terkendal mahalnya listrik, apalagi di daerah pegunungan yang rata – rata dengan kedalaman di bawah 100 meter. Maka kedepan harus mulai dipikirkan juga pengembangan energi alternatif apakah dengan surya atau angin sebagai tenaga penggerak pompa. Selain sumur dalam bor, juga perlu di upayakan tabungan penanmpungan air baik oleh individu, komunitas hingga Pemerintah Kabupaten dalam bentuk Waduk atau Embung. Untuk mendetailan rencana dari yang paling mungkin dengan biaya ringan hingga verviaya mahal, Bergas melihat bahwa forum pentahelix ini penting menjadi forum rutin melalui wadah Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB), baik di tingkat Desa hingga Kabupaten. (Rls/bre)