FOKUS JATENG-BOYOLALI- Kabupaten Boyolali mengalami surplus beras hingga tahun depan, yakni sebanyak 71.751 ton, selain itu juga mengalami suplus jagung sebesar 107.282 ton. Surplus bawang merah sebanyak 7.596 ton, cabai rawit 7.539 ton, telur ayam 11.737 ton dan lainnya.
“ Untuk harga masih stabil.Paling dampaknya naik karena dari pengangkutan menggunakan bahan bakar. Dan semestera belum ada kenaikan signifikan. Seperti beras, masih terjangkau, yakni Rp10.500 per kilogram untuk eceran,” kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kabupaten Boyolali, Joko Suhartono. Selasa 13 September 2022.
Dia menambahkan, saat ini harga kedelai masih tinggi yakni Rp12.000 per kilogram. Lalu harga jagung, Rp4.300 per kilogram, bawang merah Rp38.000 per kilogram, bawang putih Rp25.000 per kilogram, minyak goreng Rp20.000 per kilogram, telur Rp28.500 per kilogram, terigu Rp10.000 per kilogram serta gula pasir Rp13.500 per kilogram dan lainnya.
“Kami juga mengantisipasi inflasi pasca kenaikan BBM. Kami gelar pasar murah dengan menggandeng Bulog, peternak dan petani. Jadi harga jualnya dari pihak pertana. Sehingga lebih murah. Rencananya akan kami gelar setiap minggunya,” imbuhnya.
Hanya saja, meski stok pangan masih aman. Namun, ada lima bahan pangan yang mengalami defisit. Yakni, kedelai, minyak goreng (Migor), gula pasir, tepung terigu hingga bawang putih. Setiap bulannya, Boyolali mengalami defisit bahan pangan tersebut hingga belasan ton.
Data awal September ketersediaan bahan pangan di DKP menyebut, kebutuhan kedelai di Boyolali mencapai 14.787 ton. Sedangkan persediaan perbulan hanya 1.133 ton. Sehingga Boyolali mengalami defisit kedelai hingga 13.654 ton. Kemudian, defisit terbanyak kedua yakni migor. Kebutuhan migor mencapai 2.218 ton. Dengan ketersediaan hanya 569 ton.
Kemudian, gula pasir mengalami defisit 1.186 ton dengan kebutuhan perbulan mencapai 1.646 ton. Kemudian bawang putih mengalami defisit 566 ton. Serta tepung terigu defisit 689 ton. Defisit ini terjadi karena beberapa hal. Untuk kedelai dan bawang putih dikarenakan lahan pertanian komoditas tersebut terbatas. Sehingga hasil panen tak mampu mencukupi kebutuhan. Sedangkan migor, gula pasir dan tepung terigu mengandalkan kiriman dari distributor.
“Saat ini, stok pangan masih aman. Kami cek di pasar juga aman. Belum ada gejolak yang mengkhawatirkan pasca kenaikan BBM (Bahan bakar minyak). Persediaan beras juga surplus 71.751 ton. Padahal kebutuhan kita perbulan untuk sekitar 1 juta penduduk Boyolali hanya 8 ribu ton. Jadi beras masih aman untuk 8-9 bulan ke depan,” pungkasnya. (*)