Forum Budaya Mataram Berkumpul, Ini yang Dibicarakan…

Forum Budaya Mataram Solo berkumpul diskusikan tentang perkembangan budaya. (Yulianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-SOLO-Lunturnya nilai-nilai ketimuran yang terjadi saat ini menjadikan degradasi moralitas masyarakat Indonesia saat ini makin memprihatinkan. Berita yang mengandung unsur kebohongan dan kebencian marak di media sosial, bahkan mengenai budaya dan sejarah Nusantara.

Hal itu disampaikan pegiat budaya dari Forum Budaya Mataram (FBM), Surojo. “Kita lihat saja di medsos, banyak budaya yang adiluhung mulai terkikis oleh teknologi dan peradaban. Ya dampaknya kini mulai ditinggalkan oleh generasi muda, kemudian mereka bergeser ke budaya asing,” katanya.

Kondisi tersebut membuat sebagian tokoh budaya Jawa prihatin. Sehingga perlu diadakan suatu inovasi agar budaya di Indonesia, seperti budaya Jawa bisa kembali menjadi identitas bangsa. Berangkat dari keprihatinan itu, lanjut Surojo beberapa tokoh budaya Jawa kemudian berupaya bangkit, membangun kembali adat istiadat budaya di Indonesia, diantaranya dengan menggelar sarasehan dan diskusi tentang budaya jawa.

“Tidak hanya pertemuan rutin akan tetapi diskusi juga kita lakukan melalui medsos,” katanya.
Justru melalui medsos akan terekam jejaknya, menurut Surojo, diskusi bahkan berlangsung cukup santun dengan menggunakan bahasa jawa halus (krama inggil).

“Di forum ini kita hanya saling mengingatkan, dan harapannya bisa tersampaikan kemasyarakat secara umum,” ungkap Surojo.

Sekretaris FBM, Agung Hardiyanto menambahkan bahwa para pegiat budaya mulai merasakan keresahan kebudayaan bangsa kini tidak lagi digunakan untuk mengungkap identitas bangsa. “Kami Prihatin dengan kondisi sat ini, dimana anak bangsa tidak lagi mempunyai identitas yang mencerminkan budaya Indonesia, mereka lebih bangga dengan budaya asing. Kemudian kami bersama teman-teman seperti BRM. Kusuma Putra, Prof.Dr.Sardjana, Prof.Dr.Bambang Setiaji, GBPH.Prabukusumo, GBPH.Yudhaningrat, dan yang lain berupaya membentuk forum budaya untuk berperan melestarikan adat istiadat dan budaya lintas keraton, serta ikut menjaga warisan peninggalan cagar budaya Indonesia.”

Sementara GBPH Prabukusumo dalam pesan singkatnya, menyatakan sangat mengapresiasi dan mendukung segera di susun kepengurusan dan disiapkan untuk legalitas komunitas pegiat budaya tersebut.

“Wah, luar biasa group meniko!! Pertanda sae kagem kabudayan. Mbok damel paguyuban budaya mataram. Supados ngremboko sarto saget sesarengan nguri uri kabudayan luhur mataram. Dipun siapaken AD/ART dll, samangke saget luber se-Nusantara. Disisi misi kita ugi kagem nguri uri adat istiadat tradisi nasional. Kita mendorong seluruh propinsi membuat paguyuban.”

Sejauh ini, FBM sudah beranggotakan ratusan pemerhati dan pegiat budaya dari penjuru Indonesia. Agung menambahkan, saat ini perlu adanya suatu formula dan kebersamaan untuk kembali membuat Indonesia menjadi bangsa yang beridentitas dan berbudaya adiluhung.