FOKUS JATENG-BOYOLALI-Leptospirosis di wilayah Boyolali kini menjadi momok masyarakat. Sebab, korban meninggal dunia kini bertambah satu, sehingga menjadi empat korban meninggal dunia selama dua bulan terakhir. Tidak hanya korban meninggal dunia, penyakit akibat kencing tikus ini juga menambah korban penderita.
Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali Sherly Jeanne Kilapong, mengatakan, jumlah korban meninggal akibat bakteri leptospira itu bertambah 1 dari sebelumnya 3 orang selama dua bulan terakhir. Empat orang yang meninggal yakni dua orang warga Desa Kismoyoso dan Desa Manggung, Kecamatan Ngemplak.
Satu warga Desa/Kecamatan Banyudono dan satu orang warga Desa Mudal, Kecamatan Boyolali Kota. Tak hanya, jumlah penderita juga bertambah dari sebelumnya 6 orang menjadi 8 orang. Selain terjadi di tiga kecamatan tersebut, juga ditemukan di Kecamatan Andong, Nogosari dan Musuk.
Sementara itu, Kepala Dinkes Boyolali Ratri S. Survivalina mengatakan, selama dua bulan terakhir penyakit leptospira di Boyolali terjadi 8 kasus dan 4 korban diantaranta meninggal dunia. “Jadi untuk kasus lepto (penyakit leptospirosis) tahun 2017 ada 34 kasus dengan kasus meninggal 9 orang. Di tahun 2018 ini ada 8 kasus dengan 4 meninggal dunia,” jelas Ratri S Survivalina ditemui di ruang kerjanya.
Angka kematian akibat penyakit leptospirosis di Boyolali cukup tinggi. Tingginya akan kematian akibat penyakit ini bisa disebabkan karena beberapa hal. Antara lain kondisi fisik pasien yang tidak bagus dan kecepatan penanganan medis penyakit tersebut. Selain itu, ketepatan tenaga medis dalam mendiagnosa penyakit ini juga bisa menyebabkan keterlambatan penanganan.