Aktivitas Vulkanis Gunung Merapi Tergolong Lemah, Situasi Masih Aman

Papan arah menuju Pos Pengamatan Gunung Merapi Jrakah, Selo. (Yulianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Guguran lava dan awan panas kembali terjadi di Gunung Merapi. Namun aktivitas vulkanik yang terjadi sejauh saat ini masih tergolong lemah dan Gunung Merapi dinyatakan masih aman.

“Masih lemah sekali. Jadi sampai saat ini lemah, dari bawah (dorongan magma dari dalam) pun juga masih lemah, terbukti dari data pemantauan kita masih minim,” Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG Yogyakarta, Agus Budi Santoso, ditemui di Pos Pengamatan Gunung Merapi di Jrakah, Kecamatan Selo, Boyolali, Rabu 27 Februari 2019.

Dijelaskan dia, guguran lava pijar Gunung Merapi sudah terjadi sejak 29 Januari 2019 lalu. Fase aktivitas efusif ini pun terhitung cukup panjang karena sudah hampir satu bulan berlalu.

“Tapi ini bukan kasus yang pertama. Jadi untuk Merapi ini aktivitas efusif semacam ini bisa berlangsung lama, bisa berbulan-bulan, bahkan sampai tahunan,” terang Budi.

Dikemukakan Budi, aktivitas Gunung Merapi saat ini juga tidak mengancam keselamatan penduduk di pemukiman. BPPTKG Yogyakarta masih merekomendasikan jarak bahaya dalam radius 3 km dari puncak Merapi. “Itu karena fase awan panas ini, ancaman ke pemukiman sampai sekerang belum ada,” katanya.

Pihaknya mempersilahkan warga di lereng Gunung Merapi tetap bisa beraktivitas normal seperti biasanya. Namun tetap diluar radius 3 km dari puncak Merapi.

“Masyarakat tetap aktivitas seperti biasa meskipun awan panas terjadi, karena masih kecil intensitasnya dan jarak luncurnya juga masih berkisar 2 km. Sementara rekomendasi kami 3 km,” imbuh Agus.

Guguran lava pijar yang terjadi saat ini, juga bisa dinikmati oleh masyarakat sebagai hiburan. Tetapi tetap harus pada jarak yang aman.

“Jadi yang perlu disampaikan ke masyarakat, Gunung Merapi masih aman. Masyarakat silahkan beraktivitas seperti biasa. Dan bahkan mungkin bisa dilihat Merapi ini sebagai atraksi alam, sebagai hiburan bagi masyarakat,” ujarnya.

Disebutkan pula, bahwa erupsi saat ini juga berbeda dengan erupsi tahun 2010 lalu yang memang besar dan menakutkan. Namun erupsi Gunung Merapi saat ini masih dominan keindahan. “Lebih dominan keindahan, lebih bisa kita nikmati. Jadi masyarakat diharapkan mengambil manfaatnya dari erupsi ini, bukan kemudian malah menghambat mereka beraktivitas.”

Namun demikian, warga yang bermukim di lereng Merapi juga diimbau tetap waspada dan mematuhi rambu-rambu. Petugas BPPTKG Yogyakarta tetap terus melakukan pengamatan terhadap aktivitas gunung Merapi. Laporan hasil pengamatan pun terus diupdate dan disampaikan kepada publik.

Aktivitas vulkanik Merapi sejauh ini juga masih tergolong lemah. Hal itu terbukti dari data pemantauan yang masih minim.

Jumlah material baru di puncak Merapi saat ini diperkirakan sebanyak 461.000 meter kubik. Material yang keluar sebagian langsung meluncur menjadi awan panas, sehingga menumpuk di bawah.

“Nanti misalnya ada hujan, itu bisa menyuplai pasir dibawah. Tapi masyarakat tetap harus waspada, yang perlu diperhatikan ya ada endapan awan panas, (jika terjadi) hujan (di kawasan puncak Merapi) bisa terjadi banjir lahar, itu perlu diwaspadai juga,” tandasnya.

Sejumlah petugas BPPTKG Yogyakarja mendatangi Pos Pengamatan Jrakah, Kecamatan Selo, Boyolali tadi pagi untuk melakukan perawatan jaringan. Antara lain perbaikan sejumlah CCTV yang digunakan untuk mengamati visual Merapi.

Petugas Pos Pengamatan Jrakah, Tri Mujianto, mengatakan CCTV yang diperbaiki anatara lain yang dipasang di Pos Pengamatan Jrakah. “Ada trouble, CCTV yang diluar yang mengarah ke Merapi untuk visual. Kemungkinan karena hujan sehingga roda penggerak kering, sehingga tidak bisa memutar. Ini masih dicek,” kata Tri Mujianto.
Meski CCTV tersebut masih diperbaiki, aktivitas pemantauan tetap bisa dilakukan dengan CCTV yang lain.