Muhamad Fikram Hakim, Bocah Penderita Tumor Butuh Uluran Tangan Dermawan

Muhamad Fikram Hakim yang menderita tumor. (Yulianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Muhamad Fikram Hakim (10), terpaksa harus bernafas lewat mulut. Sebab, tumor di wajahnya terus membesar hingga menutupi saluran hidung. Lantaran terus membesar, mata kiri terdesak.

Dengan penyakit yang dideritanya, Fikram terpaksa putus sekolah. Kini Fikram tinggal bersama paman dan bibinya, Sigit (35)- Rita (25) yang mengontrak rumah di Perum Graha Sejahtera 2, Kelurahan Kemiri, Kecamatan Mojosongo, Boyolali.

Lantas sang ibu, Farida Paza (29), warga Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat (Jabar) mencari rezeki di Jakarta setelah cerai dari suaminya. “Ibunya bekerja, sekarang Fikram tinggal bersama saya,”  tutur Rita, ketika ditemui wartawan Jumat 2 Maret 2018.

Awal mula Fikram menderita tumor ini sejak usai 8 tahun. Kala itu merasakan gatal-gatal di bagian mata kiri. Lantas oleh sang ibu dibawa ke dokter mata. Namun dokter memastikan mata Fikram tidak sakit. “Diarahkan untuk periksa di dokter THT,” ujar dia.

Oleh dokter THT, usai periksa disimpulkan bahwa Fikram terkena penyakit pernafasan atau sinus. Kemudian Fikram berobat jalan. Penyakitnya tidak sembuh, malah justru muncul benjolan yang semakin membesar.

Karena terus membesar, Fikram pun diperiksakan di rumah sakit di Bandung. Lantas dioperasi dengan menggunakan fasilitas BPJS Jawa Barat. Operasi sukses dilakukan bulan Februari 2016, tapi tak lama kemudian, muncul kembali benjolan di tempat yang sama.

Lagi- lagi, Fikram menjalani operasi pada bulan November 2016 di rumah sakit yang sama. Namun, benjolan itupun tetap rumbuh kembali. Kemudian Fikram dirujuk untuk operasi di RSCM Jakarta tahun lalu.

Rita mengaku ada dua dokter yang berbeda analisa. Dokter yang pertama mengatakan bahwa Fikram menderita tumor tulang jinak yang akan tetap kambuh selama dia masih dalam masa pertumbuhan. “Namun dokter lain menyatakan, kalau tumor jinak, seharusnya sudah sembuh setelah dioperasi,” katanya.

Upaya operasi lanjutan terkendala biaya, apalagi ibunya terpaksa bekerja di Jakarta. Akhirnya, Fikram pun diajak tinggal bersama bibinya, Rita di Boyolali. Kini, Fikram menjalani pengobatan herbal. “Saya tidak memiliki biaya, sehingga saya ajak berobat ke pengobatan alternatif herbal karena biayanya murah,” jelasnya.

Petugas PMI Boyolali sudah mendatangi Fikram meminta data pengobatan. Fikram mengaku tidak merasakan nyeri atau gatal pada bejolan di wajahnya. Dia hanya merasakan tak bisa bernapas lewat hidung. “Kalau bernapas harus lewat mulut,” tuturnya.

Kini sejumlah dermawan mulai berdatangan memberikan bantuan. Seorang warga, Ali (32) bersama istrinya asal Kecamatan Ngemplak datang memberikan bantuan yang dibungkus amplop putih. “Kami tahu penderitaan Fikram dari medsos. Mudah- mudahan bantuan yang tak seberapa ini bisa bermanfaat,” katanya.