Pendidikan Sejarah UNS Gelar Seminar Nasional 2025

dokumen fkip uns (doc/Fokusjateng.com)

Fokus Jateng-SOLO,- Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) sukses menyelenggarakan Seminar Nasional Pendidikan Sejarah 2025 dengan tema “Rekonstruksi Narasi Sejarah dalam Buku Ajar Sekolah: Antara Fakta, Interpretasi, dan Kebutuhan Kurikulum”. Seminar yang digelar di Aula Lantai 3 Gedung F FKIP UNS pada Kamis 22 Mei2025 ini menghadirkan sejumlah akademisi dan pakar pendidikan sejarah dari berbagai institusi ternama.
Acara diawali dengan sambutan dari Ketua Umum HMP Ganesha yang menekankan pentingnya peran mahasiswa sejarah dalam menjaga objektivitas narasi sejarah di tengah derasnya arus informasi dan perkembangan kurikulum pendidikan nasional.
Sambutan berikutnya disampaikan oleh Ketua Program Studi S1 Pendidikan Sejarah FKIP UNS. Dalam sambutannya, beliau menegaskan bahwa rekonstruksi narasi sejarah dalam buku ajar merupakan isu sentral dalam pengembangan pendidikan abad ke-21. “Pembelajaran sejarah bukan sekadar hafalan peristiwa. Ia harus hidup, kritis, dan mampu menumbuhkan kesadaran kebangsaan,” tegasnya.
Seminar secara resmi dibuka oleh Dekan FKIP UNS, Imam Sujadi, yang dalam sambutannya menyampaikan, bahwa sejarah adalah jembatan antara masa lalu dan masa depan.
“Untuk itu, ketika berbicara soal rekonstruksi narasi sejarah dalam buku ajar, kita sedang berbicara tentang masa depan generasi penerus bangsa. Fakta tidak bisa diabaikan, namun interpretasi adalah jantung dari ilmu sejarah. Kita harus mampu menyeimbangkan keduanya, dengan tetap berpijak pada kebutuhan kurikulum nasional yang dinamis dan relevan.”
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan dan Pendidikan Guru, Nunuk Suryani, dalam paparannya, ia menyoroti pentingnya buku ajar sejarah sebagai medium transmisi nilai dan identitas bangsa. “Narasi sejarah dalam buku ajar harus inklusif, akurat, dan mampu mendorong siswa berpikir kritis, bukan hanya sebagai alat kontrol ideologi semata,” ujar Prof. Nunuk saat sesi keynote speech.
Diketahui, sesi inti seminar menghadirkan tiga pembicara utama yang membedah isu rekonstruksi narasi sejarah dari berbagai perspektif, antara lain, Prof. Dr. Agus Mulyana, M.Hum. – membahas dinamika historiografi dalam pendidikan dan pentingnya membumikan sejarah lokal dalam buku ajar. Kemudian Dr. Sumardiansyah Perdana Kusuma, M.Pd. – mengulas relasi antara kurikulum nasional, politik pendidikan, dan narasi sejarah resmi. Serta Rendra Rizky Yulianto – menyoroti tantangan praktis guru sejarah dalam menyampaikan materi sejarah yang berimbang dan tidak bias di ruang kelas.
Seminar ini diikuti oleh mahasiswa, dosen, guru sejarah, serta pemerhati pendidikan dari berbagai wilayah di Indonesia. Antusiasme peserta tampak dari sesi tanya jawab yang berlangsung dinamis dan kritis.
Dengan terlaksananya seminar ini, diharapkan lahir perspektif baru dalam merancang buku ajar sejarah yang tidak hanya kuat secara akademik, tetapi juga mampu menumbuhkan daya nalar, rasa ingin tahu, dan kecintaan terhadap sejarah bangsa pada peserta didik. (ist/**)