Fokus Jateng- BOYOLALI,- Peternak sapi di Boyolali, Jawa Tengah, membuang susu hasil panen, langsung direspon Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah. Plt. Kepala Disnakkeswan Provinsi Jawa Tengah Ignasius Hariyanta Nugraha langsung untuk mendengar dan menampung beragam keluhan dan masukan dari peternak sapi perah hingga peloper di Boyolali
“Jadi untuk kejadian ini memang tidak hanya di Jawa Tengah, tetapi juga ada kemarin itu sempat muncul di Jawa Timur ya. Nah, terkait dengan yang ada di Jawa Tengah secara khusus di Boyolali ini merupakan sentra produksi susu di Jawa Tengah,” ungkapnya saat ditemui di kantor Disnakan Boyolali, Sabtu 9 November 2024.
Dijelaskan, saat ini Boyolali menghasilkan 38 juta liter susu per tahun. Bahkan menyumbang 70 persen di Jawa Tengah. Hanya saja, belakangan ini terjadi pengurangan kuota susu yang masuk IPS. Dengan berbagai alasan diantaranya; sedang maintenance perusahaannya, kemudian juga ada meningkatkan standar kualitas susu yang disarankan dari IPS. Alasan lainnya, karena penurunan daya beli masyarakat.
“Kami telah menerima laporan itu dari Disnakan Boyolali. Langsung kami tindaklanjuti dengan berkonsultasi langsung ke Dirjen Peternakan dan Keselatan Hewan (PKH), Kementan RI. Hasilnya, Mentan akan menggelar rapat koordinasi (Rakoor) dengaj Dirjen PKH dan turut mengundang asosiasi IPS, yang akan dilaksanakan pada 11 November mendatang. Dimana Pemerintah akan menanyakan kejelasan soal pengurangan susu dari peternak,” paparnya.
“Jadi untuk mendapatkan konfirmasi secara langsung dari IPS, mengapa terjadi pengurangan kuota-kuota dari para pengepul yang ada di Jawa Tengah maupun dari provisi yang lain. Itu inti dari upaya untuk penyelesaian permasalahan terhambatnya serapan susu di industri pengurangan susu,” kata Hariyanta.
Pihaknya juga mendatangi Boyolali untuk berdiskusi langsung dengan perwakilan petani dan pengepul. Dia memahami bahwa aksi tersebut sebagai bentuk protes atas pengurangan kuota susu.
“Jadi pada intinya untuk gerakan aksi di sini (Boyolali) sebagai upaya untuk menyuarakan keprihatinan dari para peternak yang ada di Boyolali terhadap nasib para peternak yang sudah memproduksi susu. Dan ternyata saat ini memang ada kendala karena tidak terserapnya susu dari industri pengurangan susu tersebut.”
Menurut Haryanta, pembatasan kuota itu berdasarkan informasi peternak sudah terjadi sejak September. IPS melakukan peningkatan kualitas susu. Sehingga ada syarat tertentu agar susu yang diterima IPS. Seperti menguji total plate count (TPC) untuk melihat kandungan mikroba pada susu.
“Kemudian total solidnya itu yang mensyaratkan susu itu nanti bisa diterima oleh IPS atau tidak, atau diterima dengan pengurangan harga. Tapi kalau misalnya ada kelebihan dari kualitas susu biasanya juga akan mendapat royalti, ada tambahan harga biasa seperti itu. Dengan adanya peningkatan kualitas susu yang disaratkan itu, makanya ada sebagian memang susu-susu dari peternak kita itu yang tidak memenuhi syarat. Sehingga memang itu dikembalikan,” tambahnya.
Pembatasan kuota susu itu berlanjut pada Oktober. Dampaknya, banyak penumpukan setoran susu dari beberapa pengepul. Sehingga IPS tak mampu menampung. Imbasnya berton-ton susu tertahan di pengepul.
Haryanta juga menegaskan pihaknya akan melakukan kroscek terhadap perusahaan-perusahaan yang mengimpor bahan-bahan konsumsi susu.
“Jadi nanti hari Senin (11 November) juga akan mengekroscek apakah dibulan-bulan ini berdasarkan rekomendasi yang kita berikan,”tegasnya.
Hariyanta menerangkan, Presiden RI, Prabowo Subianto berkomitmen tidak ada impor susu sapi. Namun, akan mengimpor sapi perahnya. Pertimbangannya, karena baru 20 persen susu dari total kebutuhan yang terpenuhi. Sedangkan 80 persen lainnya dipenuhi dengan impor produk susu. (yull/**)