FOKUS JATENG-BOYOLALI-Kasus aktif Covid 19 di Boyolali semakin melandai setelah mengalami penurunan dalam satu pekan ini. Kondisi ini bisa diartikan Boyolali masuk zona oranye, atau turun dibandingkan sebelumnya zona merah.
“Penurunan zona resiko disebabkan terjadinya penurunan kasus Covid-19 secara signifikan. Sehingga Boyolali dari hasil indikator penilaian berada pada skor 2,10. Ini berarti masuk zona oranye atau zona resiko sedang,” ujar Kepala Dinkes Boyolali, Ratri S Survivalina dalam rilisnya, Selasa (22/9/2020).
Kondisi ini juga akan berdampak pada aktivitas warga. Menurut Ratri sejumlah kegiatan tentunya sudah diizinkan untuk dilakukan oleh masyarakat. Hanya saja, masyarakat diminta untuk tetap melaksanakan protokol kesehatan. Yaitu, menggunakan masker, jaga jarak dan rajin membersihkan tangan menggunakan sabun atau disinfektan.
Dia mengungkapkan, pihaknya sudah melakukan pemeriksaan skrening swab massal sebanyak 8.201 orang. Hasilnya, yang sudah keluar negative sebanyak 6.852 orang dan positif 775 serta masih menunggu sebanyak 574.
Adapun data perkembangan kasus Covid 19 di Boyolali, Ratri menjelaskan total jumlah kasus Covid-19 di Boyolali tercatat sebanyak 753 kasus. Dimana sebanyak 94 penderita masih dirawat, 41 kasus isolasi mandiri, selesai isolasi sebanyak 590 kasus dan meninggal ada 28.
“Dari jumlah itu maka tingkat kesembuhan di Boyolali mencapai 78 persen dan prosentasi angka kematian sebanyak 4 persen,” ujarnya.
Menurut Ratri, penambahan kasus Covid sejak tanggal 15- 22 September jumlahnya bervariasi. Dari total penambahan 54 kasus itu, tersebar di 16 kecamatan se-Boyolali. Misal, Kecamatan Andong ada 7 kasus, Karanggede 4 kasus.
“Kemudian Kecamatan Sambi, Sawit dan Selo masing- masing 1 kasus,” ujarnya.
Untuk 28 kasus meninggal,lanjut Ratri, juga tersebar di sejumlah rumah sakit di Jawa Tengah. Antara lain, di RS Dr Karyadi Semarang ada 2 kasus, RS Dr Moewardi sebanyak 7 kasus, Kasih Ibu 4 kasus. “Yang di RSUD Pandan Arang Boyolali sebanyak 7 kasus atau 25 persen,” katanya.
Sedangkan untuk klaster terbesar masih pada klaster Bawaslu yang kini berhenti pada 103 kasus, klaster petugas lapangan 36 kasus, klaster SUG Desa Gunung 33 kasus, klaster BMT 27 kasus, Pasar Peterongan 22 kasus, klaster lamaran 20 kasus.
Kemudian klaster nakes 14 kasus, klaster mertidesa 10 kasus dan dari SYO Desa Kembangsari sebanyak 9 kasus. Untuk pertambahan klaster saat ini hanya kecil saja yaitu, dari Desa Bengle, Kecamatan Wonosamodro. “Ada dua klaster di sana, dari kasus EDH terapat 5 kasus dan DHY tercatat 4 kasus,” pungkasnya.