Duuhh… ! Gagal Panen, Tanaman Padi di Desa Jembungan Banyudono Boyolali Terpaksa Dibabat

Lantaran gagal panen, padi di Desa Jembungan, Banyudono, Boyolali nekat dibabat. (Yulianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Meski tidak separah tahun sebelumnya, serangan hama tikus di kawasan pertanian Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono membuat gelisah petani. Bahkan sebagian areal pertanian dipastikan gagal panen.

Tanaman padi yang tumbuh hanya menyisakan batang tanaman saja. Sedangkan butiran- butiran padi telah dihabiskan hama tikus sebelumnya. Petanipun gigit jari karena tidak mendapatkan hasil sama sekali.

Daripada tidak mendapatkan hasil sama sekali, petani pun menjual rumpun padi tersebut kepada pencari pakan ternak sapi. Untuk satu pathok sawah seluas kurang lebih 2.000 meter persegi, tanaman padi atau jerami yang biasa disebut damen dibeli pencari pakan dengan harga Rp 300.000.

“Ya, sekedar pengganti biaya tanam,” ujar Sunardi (56) pencari pakan sapi asal Pasekan, Desa Mudal, Kecamatan Boyolali Kota.

Damen tersebut lalu dibabat dan diikat dalam ikatan kecil. Rencananya, jerami sebagian dijual di Pasar Hewan Singkil, Boyolali Kota dan sebagian lagi digunakan sendiri untuk pakan etrnak miliknya.

“Jerami satu pathok saya beli Rp 300.000 dan ditambah biaya angkut ke pasar Rp 100.000.”

Sesampai di Pasar Hewan Singkil, jerami dijual dengan harga Rp 4.000/ikat. Pembeli adalah pemilik ternak sapi, baik sapi perah maupun sapi pedaging. “Ya, bisa laku keras karena saat ini petani kesulitan mendapatkan pakan hijauan karena kemarau panjang.”

Petani penggarap, Mulyoto (42) warga Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono mengaku, serangan hama tikus membuat pusing para petani. Dia dan sebagian petani gagal panen karena tanaman habis dimakan hewan pengerat tersebut.

“Ya hanya menyisakan jerami yang dibeli pencari pakan sapi dengan harga Rp 300.000.”

Padahal, jika tak ada serangan hama tikus, maka hasil panen sawah garapannya bisa laku minimal Rp 6 juta. Dari jumlah tersebut, dia menerima hasil sebanyak seperempat bagian atau Rp 1,5 juta.

“Ya, baru nasib mau bagaimana lagi.”

Diakui, sebenarnya para petani telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi serangan hama tikus. Selain memasang umpan beracun, juga dilakukan gropyokan bersama jajaran Babinsa setempat.

“Namun upaya tersebut belum sepenuhnya berhasil.”