Ribuan Peziarah Haul Ki Ageng Singoprono Bakal Padati Makam di Gunung Tugel Sambi Boyolali

Makam Ki Ageng Singoprono di Gunung Tugel Desa Nglembu, Kecamatan Sambi, Boyolali. (Yulianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Ribuan peziarah bakal menghadiri Haul atau peringatan meninggalnya Ki Ageng Singoprono, seorang tokoh penyebar Islam yang merupakan keturunan dari penguasa Majapahit, Raja Brawijaya V, yang digelar di makam beliau di Gunung Tugel, Desa Nglembu, Kecamatan Sambi, Minggu (15/9/2019) mendatang.

Peziarah tersebut terdiri dari para santri dari sejumlah pondek pesantren dan warga masyarakat yang barasal dari Boyolali dan sekitarnya.

Salah satu panitia Haul Ki Ageng Singoprono, KRT Surojo Adi Nagoro menjelaskan semangat menyelenggarakan haul dilandasi untuk mengenang dan melestarikan perjungan Ki Ageng Singoprono yang babat alas dalam menyebarkan agama islam, khususnya di wilayah Boyolali dan sekitarnya.

Dalam masa penyebaran agama Islam tersebut, Ki Ageng Singoprono menjabat sebagai Demang Singowalen, sebuah wilayah yang saat ini berada di wilayah Kecamatan Simo. “Kita ingin semangat dan perjuangan beliau dalam penyebaran agama diingat dan dilestarikan oleh generasi sekarang,” katanya.

Surojo menjelaskan, rangkaian kegiatan Haul akan dimulai pada Sabtu (14/9) Selepas subuh sampai malam, setelah di buka oleh camat setempat acara dimulai berbagai lomba dan pasar rakyat di lapangan Desa Nglembu, kemudian pada malam hari digelar pengajian mujahadah di kawasan Gunung Tugel.

“Pada keesokan harinya, Sabtu (15/9) sekitar pukul 07.00 sebelum prosesi utama yang digelar di petilasan yang berada di puncak bukit, prosesi diawali dengan kirab dari Balai Desa Nglembu menuju kaki bukit Gunung Tugel ,” katanya.

Dijelaskan, pada acara kirab tersebut akan melibatkan ratusan orang mengusung berbagai tumpeng dan tombak pusaka peninggakan Kyai Ageng Singoprono serta beragam pusaka Keraton Kasunanan Surakarta yang dibawa oleh sentana dalem keraton. Di belakang rombongan kirab, ribuan peziarah mengikuti prosesi dengan khidmat. Sesampainya di area makam, digelar pengajian dan doa bersama yang dilakukan dengan khusyuk.

“Acara di tutup pada malam hari dengan pentas wayang kulit yang di gelar semalam suntuk,” katanya.

Bambang (40) warga setempat berharap, peringatan dengan kirab dan proses lain ini bisa terus digelar secara rutin. Menurutnya, kegiatan ini sangat penting, terutama untuk menandai titik dimana Islam disebarkan di wilayah Simo dan sekitarnya. Adanya prosesi tradisi dalam haul juga punya arti positif untuk tetap melestarikan budaya turun temurun yang saat ini mulai terlupakan oleh generasi yang lebih muda.

“Haul ini juga menjadi penanda bahwa kita harus melanjutkan perjuangan beliau ,” tandasnya.