Hingga Oktober 2020, Demam Berdarah Dengue di Boyolali Capai 91 Kasus

Kepala Dinkes Kabupaten Boyolali, Ratri S. Survivalina (Yulianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Sedikitnya 91 kasus demam berdarah dengue (DBD) terjadi di Kabupaten Boyolali terhitung Januari- Oktober tahun ini. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Boyolali, Ratri S. Survivalina mengungkapkan di tengah penanganan kasus Corona Virus Disease (Covid-19), demam berdarah dengue (DBD) juga merebak di Kabupaten Boyolali.

Kasus DBD di Boyolali dari tahun 2017 mengalami peningkatan hingga tahun 2020. Tercatat pada tahun 2017 terdapat 36 kasus DBD, tahun 2018 terdapat 41 kasus dan 2019 yang mengalami peningkatan hingga 149 kasus. Berbagai strategi dilakukan oleh Dinkes Boyolali dalam menekan penyakit yang menyebabkan kematina ini.

“Dan saat ini di 2020 ini kita sudah mendata kurang lebih ada 91 kasus untuk DBD sampai bulan Oktober. Meskipun sekarang kami menangani Covid-19, tapi upaya pencegahan dan penanganan DBD terus dilakukan,” kata Ratri di ruang kerjanya, pada Senin (19/10/2020).

Berbagai program telah digalakkan untuk menekan laju pertumbuhan nyamuk aedes aegypti. Mulai dari program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), serta program 3M Plus sebagai bentuk pencegahan seperti menanam tanaman pengusir nyamuk, memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk, mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah. Selain itu, ada pula program Satu Rumah Satu Juru Pemantau Jentik (Jumantik) serta program ternak nyamuk.

“Kami berupaya untuk membuat satu inovasi atau terobosan program untuk mengendalikan DBD melalui satu cara yang disebut sebagai ternak nyamuk,” ungkap Ratri.

Jadi nyamuk Aedes aegypti ini akan diternakkan namun jenis yang diternakan yakni jenis yang sudah mengandung bakteri Wolbachia. Ternyata nyamuk yang mengandung bakteri Wolbachia tidak menjadi sumber penularan demam berdarah bahkan bisa memberantas penyakit demam berdarah. Karena apabila nyamuk dilepas di tempat umum atau tempat perindukan nyamuk, nyamuk akan kawin dengan nyamuk lokal yang belum mengandung bakteri.

“Akhirnya nyamuk-nyamuk dari lingkungan tersebut itu menjadi nyamuk yang mengandung bakteri sehingga lama-lama nyamuk yang disitu tidak menjadi sumber penularan demam berdarah,” terangnya. Diharapkan dengan adanya program ternak nyamuk ini bisa menekan laju kasus DBD di 22 desa endemis yang tersebar di 10 Puskesmas di sembilan kecamatan ini.