Masyarakat Cepogo Boyolali Bakal Gelar Grebeg Nyadran

TENONG: Panitia menunjukkan contoh tenong berisi makanan tradisional yang akan digunakan dalam kirab Grebeg Nyadran, Minggu (14/4) mendatang. (Yulianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Tradisi Nyadran di bulan Ruwah pada penanggalan Jawa masih diuri- uri masyarakat kawasan lereng Merapi- Merbabu. Tak terkecuali masyarakat di wilayah Kecamatan Cepogo.

Selama ini tradisi sadranan berlangsung di 15 desa se- Kecamatan Cepogo sesuai dengan waktu yang disepakati masyarakat di masing masing dusun atau desa secara sporadis. Namun, kini tradisi tersebut akan dibuka secara serentak.

Camat Cepogo, Insan Adi Asmono menjelaskan, kegiatan bertajuk Gerebeg Nyadran akan dilaksanakan Minggu (14/4). Acara inti  adalah doa dan membacakan jadwal sadranan 15 desa. Diharapkan agenda ini menjadi festival tahunan.

“Nanti ada kenduri tenong, gunungan hasil bumi dan makanan khas, serta utamanya doa bersama agar Cepogo senantiasa menjadi daerah yang makmur, adil dan sejahtera,” ujarnya usai rapat koordinasi dengan 15 kades di aula Kantor Kecamatan Cepogo, Selasa (9/4).

Dijelaskan, acara diawali dengan arak arakan tenong sebanyak 315 tenong dan 45 tumpeng serta 7 gunungan hasil bumi dan 7 gunungan makanan khas. Tenong, tumpeng dan gunungan diarak oleh perwakilan masyarakat dari 15 desa di Cepogo.

Arakan- arakan juga diiringi segenap perangkat desa. Adapun  paling depan terdapat dua bregodo prajurit Pesangrahan Paras lengkap dengan korp musik. Rombongan terbagi dari dua kelompok,  yakni arah atas atau barat dan bawah atau timur.

Dari arah barat atau desa desa diatas kecamatan terdiri dari Desa Wonodoyo, Jombong, Gedangan, Sukabumi, Genting, Cepogo, Kembangkuning dan Gubug berangkat dari lapangan desa Mliwis. Adapun dari arah timur terdiri dari Desa Sumbung, Paras, Mliwis, Jelok, Bakulan, Candigatak dan Cabeankunti berangkat dari dari kantor BKAD Kecamatan Cepogo.

Selanjutnya, tenong dan tumpeng dari desa bawah diletakkan berjejer di jalan depan kecamatan, dan setelah dipimpin doa bersama masyarakat dipersilahkan menikmati makanan dalam tenong dan tumpeng serta berebut gunungan hasil bumi dan makan khas dimaksud.

“Semua perangkat acara atau grebeg menggunakan pakaian adat jawa.”

Kegiatan ini, lanjut dia, bertujuan untuk memperkenalkan dan melestarikan kebudayaan daerah dan adat istiadat yang ada wilayah Kecamatan Cepogo. Sekaligus mengenalkan segenap potensi masyarakat Cepogo.