FOKUS JATENG – WONOGIRI – Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Wonogiri Siswanto, mengaku prihatin, lantaran sekarang banyak guru yang kurang menguasai bahasa Jawa, selain itu juga banyak guru yang merasa kesulitan menyanyikan tembang Macapat.
Hal tersebut disampaikan Siswanto saat membuka acara Pelatihan Penguatan Bahasa dan Seni Budaya Jawa yang diprakarsai oleh Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Wonogiri, dengan mengambil tempat di salah satu rumah makan di Ngadirojo, Wonogiri, Minggu 2 September 2018.
Melihat kondisi riil seperti itu, di hadapan seratusan peserta pelatihan, Siswanto mengimbau agar guru meningkatkan kemampuan berbahasa Jawa dengan baik dan benar. Dengan terus belajar Bahasa Jawa.
Di tempat yang sama, Ria Sulistiyono, ketua panitia kegiatan tersebut menuturkan bahwa, kegiatanyang dilakukannya ini dimaksudkan agar guru dapat menulis kalimat atau paragraf bahasa Jawa sesuai dengan kaidah yang benar.
‘’Diharapkan nantinya guru dapat menulis kalimat atau paragraf dengan menggunakan Aksara Jawa dengan benar, guru dapat berdialog dengan menggunakan bahasa Jawa dengan tepat dan guru dapat menyanyikan(nembang) Tembang Macapat dengan benar,” harapnya.
Pelatihan yang dilaksanakan selama empat hari ini akan melatih guru untuk lebih memahami tentang paramastra, sastra Jawa, dan Seni tembang jawa serta macapat yang dilengkapi dengan kegiatan praktik. Sehingga diharapkan guru dapat menguasai Bahasa Jawa sebagai bekal untuk pembelajaran di sekolah masing-masing.
Dalam Mata pelajaran bahasa Jawa di Sekolah Dasar (SD) yang meliputi pembelajaran bahasa, sastra, dan budaya Jawa. Mempunyai tujuan pembelajaran bahasa Jawa adalah agar siswa dapat berkomunikasi dengan bahasa Jawa yang santun dan berbudi pekerti luhur sesuai budaya Jawa.
Di samping itu, pembelajaran bahasa Jawa sebagai wujud konservasi budaya. Namun, kenyataannya siswa SD kurang dilatih berbahasa Jawa di sekolah karena guru merasa kesulitan membelajarkan bahasa Jawa.
‘’Kesulitan guru dalam membelajarkan bahasa Jawa disebabkan materi ajar mendengarkan dan berbicara bahasa Jawa tidak disediakan di sekolah. Selama ini guru mengajarkan bahasa Jawa hanya menggunakan buku atau LKS. Hal itu hanya cocok untuk pembelajaran membaca dan menulis. Selain itu, guru merasa kekurangan waktu untuk membelajarkan keempat keterampilan berbahasa Jawa,’’ kata Ria sembari menambahkan kalau dalam kegiatan tersebut pihaknya menghadirkan pemateri