Budidaya Jamur Tiram Putih, Upaya Pemberdayaan Masyarakat ala Kades Urut Sewu Ampel Boyolali

Jamur tiram putih yang dibudidayakan Kades Urut Sewu, Kecamatan Ampel, Boyolali, Sri Haryanto. (Yulianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Pemberdayaan masyarakat bisa dilakukan melalui berbagai pintu kreativitas. Seperti yang dilakukan Kepala Desa (Kades) Urut Sewu, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, Sri Haryanto. Selain menjalankan tugas negara, dia juga mengembangkan budidaya jamur tiram putih sebagai sarana pemberdayaan masyarakat desa setempat.

Usaha yang cukup menggiyurkan itu dirintis sejak 2006 silam. Itu berawal dari keprihatinannya melihat limbah serbuk gergaji kayu yang banyak terbuang sia-sia di lingkungan sekitarnya. Dia pun lantas mencari solusi caranya memanfaatkan limbah tersebut.

“Kemudian muncul ide untuk membudidayakan jamur tiram putih. Di sela-sela kesibukan saya sebagai karyawan pabrik ketika itu,” tuturnya Senin 7 Mei 2018.

Pada awal merintis, dia sempat ditertawakan warga sekitar. Karena memang serbuk grajen yang biasanya hanya untuk tungku masak, tapi dimasukkan ke plastik putih dengan dicampur bkatul dan tetes tebu. Jelas saja, warga sekitar yang belum mengetahui, menyinyir usahanya tersebut.

Namun dengan kegigihannya, Sri berhasil membuktikan bahwa usahanya ini tak akan pernah sia-sia. Setelah 35 hari serbuk graji kayu itu dimasukkan ke plastik, jamur putih bisa langsung dipanen. “Awalnya, dulu sehari hanya dapat 125 kantong saja, dengan hasil 10 kilogram jamur basah tiap harinya,” ujarnya.

Seiring berjalannya waktu, usahanya tersebut terus berkembang. Bahkan saat ini, limbah serbuk gergaji kayu yang ada di wilayah Ampel tak mampu mencukupi kebutuhannya. Untuk mensuplai kebutuhan limbah kayu itu, dia juga memasok dari wilayah Salatiga.

“Sehari bisa 1000-2000 kumbung jamur (media tanam jamur) yang dihasilkan,” kata dia. Dia setiap hari bisa memanen jamur tiram putih ini sebanyak 2 kuintal.

Jamur tiram putih dia jual ke beberapa kota besar, seperti Solo, Jogjakarta dan Semarang. Harga per kilogramnya Rp 10 ribu. “Tinggal dikalikan saja hasilnya,” jelasnya.

Untuk meningkatkan produktivitas jamur tiram putih tersebut, Sri juga memberdayakan warga sekitar. Tak sedikit pula, warga yang kemudian mengikuti usahanya tersebut. “Warga yang tidak membudidayakan jamur ini ikut membatu budidaya jamur di sini,” jelasnya.