Derita Desti Ernawati Undang Empati Cak Imin Care, Melalui DPC PKB Boyolali Kirim Sembako dan Tali Asih

Perwakilan Cak Imin Care dari DPC PKB Boyolali menjenguk kondisi Desti Rnawati, penderita lumpuh layu di Dusun Klayutan, Desa Ketitang, Nogosari, Kamis malam 29 Maret 2018. (Istimewa/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Derita yang dialami Desti Ernawati, warga Dusun Klayutan, RT 1 RW 4, Desa Ketitang, Kecamatan Nogosari, Boyolali, memantik empati “Cak Imin Care”. Melalui DPC PKB Kabupaten Boyolali, Cak Imin Care menyalurkan bantuan berupa sembako dan sejumlah uang setelah berita lumpuh layu yang dialami Desti terunggah di media online Kamis malam 29 Maret 2018.

Kedatangan Cak Imin Care membawa sembako dan tali asih yang diserahkan ke keluarga Desti Ernawati untuk meringankan beban merawat Desti. (credit-Istimewa/Fokusjateng.com)

Kedatangan perwakilan Cak Imin Care di rumah orang tua Desti sekitar pukul 21.00 WIB. Rombongan yang diwakili Sekretaris DPC PKB Boyolali Supadi ini juga didampingi Bendahara DPC PKB Boyolali Dwi Baiti Janah. “Kami datang sebagai bentuk kepedulian Cak Imin terhadap anak bangsa yang pantas disantuni,” tutur Supadi, yang juga anggota DPRD Boyolali, ini.

Ditambahkan, Cak Imin Care adalah program kepedulian Ketua Umum (Ketum) PKB Muhaimin Iskandar terhadap masyarakat yang kurang mampu dalam perekonomian, kesehatan, dan sosial. Sementara itu, gadis berusia 16 tahun ini mengalami lumpuh layu dengan pertumbuhan tubuh tidak normal sejak lahir. Kondisi tubuhnya kini memprihatinkan, hanya kulit membungkus tulang.

Desti terlahir tidak normal, yakni prematur. Kondisi itu memengaruhi perkembangan tubuhnya. Pihak keluarga sendiri sudah berupaya mengobatkan Desti ke berbagai rumah sakit. Tidak hanya di Surakarta, namun juga sampai ke Semarang. “Pun teng pundi-pundi Mas (Sudah kemana-mana Mas),” tutur Jiyem (60), nenek Desti.

Yang dilakukan Jiyem setiap hari mengantarkan Desti berjemur di sebelah barat Dusun Klayutan. Itu dilakukan untuk menghangatkan badan Desti. “Kami pasrah saja. Tetap sabar merawatnya,” katanya.

Setiap malam, Desti tidur bersama sang ayah, Sugiyanto (40). Sedangkan sang ibu, Tutik (35), kini bekerja sebagai tenaga kerja wanita (TKW) di Malaysia. “Malam tidur sama bapaknya, pagi sampai sore diasuh neneknya. Ibu Desti bekerja di Malaysia sudah dua tahun ini,” terangnya.

Aktivitas sehari-hari Desti hanya mengandalkan nenek dan ayah. Sebab kondisi kakinya tidak bisa diluruskan. Selain itu tidak bisa bicara. Kondisi giginya masih seperti balita. “Kalau ingin apa atau badan tidak enak ya hanya menangis,” tutur dia.

Sugiyanto, ayah Desti mengucapkan banyak terima kasih bantuan dari Cak Imin Care. Pihaknya tidak menyangka didatangi secara mendadak perwakilan Cak Imin Care. “Semoga ini menjadi amal ibadah Cak Imin Care yang telah memperhatikan kami ini,” katanya.

Sementara itu, Ketua DPC PKB Kabupaten Boyolali M. Chamin Irfani mengatakan, penderitaaan Desti yang terbaring selama 16 tahun ini perjuangan yang sangat luar biasa. Selama belasan tahun tidak mengetahui “dunia luar”, ini butuh perhatian yang lebih. “Derita Desti ini merupakan derita kita semua. Kita patut meringankan bebannya,” papar dia.

Pihaknya tidak bisa membayangkan keluarga yang merawat setiap harinya. Sebab, sang ibu Desti merantau ke Negeri Jiran menjadi TKW. Lantas sang ayah hanya bekerja serabutan dan tukang bangunan. “Pasti sang nenek yang merawat hampir setiap hari di rumah juga kerepotan. Kami sungguh empati dengan kondisi ini,” tutur anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah ini.