Mahasiswa KKN-PPM Unisri Sulap Sampah Menjadi Pupuk Kompos dan Organik

Fokus Jateng- BOYOLALI- Ditengah tingginya harga pupuk, Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian dari Universitas Slamet Riyadi Surakarta, berhasil menemukan solusi yakni dengan mengolah sampah rumah tangga hingga limbah ternak menjadi pupuk kompos serta pupuk organik yang dapat digunakan untuk menyuburkan tanah.
“Kami berpaya mencari cara, bagaimana limbah ini bisa menjadi sesuatu yang berguna, kemudian pada 14 Agustus kemarin, kami lakukan penyuluhan di Kelurahan Bulusari, Slogohimo,” kata Hendra Prasetyo Mahasiswa KKN-PPM UNISRI tersebut. Senin  26 Agustus 2024.
Proses pembuatan pupuk itu, lanjut Hendra terbilang sederhana. Berbagai jenis sampah organik seperti kulit buah, sayuran, dan sisa makanan, daun kering, sisa makanan, dan kotoran ternak bila ada dikumpulkan. Hindari bahan yang mengandung minyak, daging, atau produk hewani lainnya karena dapat menarik hama. Gunakan wadah atau bak kompos, bisa juga pembuatan langsung di tanah dengan membuat lubang dan dimasukkan semua bahan yang sudah dikumpulkan dan ditutup dengan tanah dan ditutup lagi dengan menggunakan terpal atau karung bekas yang memiliki sirkulasi udara yang baik.
“ Tempatkan wadah di lokasi yang teduh agar proses dekomposisi berjalan optimal,” kata Hendra didampingi DPL Prof. Dr. Hera Heru Sri Suryati, S.pd, M pd.
Selanjutnya, cacah bahan organik menjadi bagian yang lebih kecil untuk mempercepat proses dekomposisi. Tumpuk bahan tersebut secara bergantian antara bahan basah (seperti sisa buah dan sayuran) dan bahan kering (seperti daun kering) juga bisa ditambahkan dekomposer seperti EM4 atau M21 untuk mempercepat pengomposan. Terus aduk campuran setiap 2-3 hari untuk memastikan sirkulasi udara dan mempercepat proses pengomposan.
“Disini yang  harus dijaga kelembaban campuran dengan menambahkan air jika terlalu kering.”
Jika menggunakan dekomposer
pemanenan dapat dilakukan dalam waktu 2-3 bulan. Namun dengan dekomposer dalam waktu 1 bulan bisa dipanen. Kompos siap digunakan, lanjut Hendra, ketika tekstur dan warna menjadi coklat kehitaman serta memiliki aroma tanah atau tidak berbau, lalu tanah berasa gembur, jika digenggam akan langsung menggumpal.
“Selain menghemat biaya, praktis, pupuk kompos ini bisa menyuburkan tanah dan mengurangi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh gas metana dari dekomposisi anaerob di TPA dapat diminimalisir.”
Adapun tujuan dari pembuatan pupuk kompos ini untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan limbah rumah tangga secara mandiri. Juga menambah pengetahuan tentang cara pembuatan pupuk kompos yang mudah dan praktis.
“Mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA, sekaligus menghasilkan pupuk organik berkualitas yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan pertanian dan perkebunan skala kecil,” katanya.
Dia berharap dengan adanya sosialisasi ini, kesadaran akan pentingnya pengelolaan limbah rumah tangga akan semakin meningkat dan memberikan dampak positif bagi lingkungan dan kehidupan masyarakat. (ist/**)