FOKUS JATENG-BOYOLALI-Sejumlah desa di Kecamatan Cepogo memutuskan tradisi nyadran tahun ini tanpa open house demi antisipasi corona.
Ketua Paguyuban Kepala Desa Kecamatan Cepogo, Komedi mengungkapkan, akhir pekan ini akan memasuki bulan Ruwah (dalam penanggalan Jawa). Di bulan ini warga di Boyolali akan menggelar tradisi sadranan secara bergantian tiap dusun atau kampung.
Bahkan di desa-desa di wilayah Kecamatan Cepogo, Selo dan sebagian Musuk, dalam acara sadranan juga ada tradisi saling berkunjung seperti di perayaan Hari Raya Idul Fitri. Sehingga setiap warga menggelar open house dengan menyiapkan berbagai menu makanan.
“Tradisi ini sudah turun temurun sejak nenek moyang, kata Komedi. Senin (23/3/2020).
Dijelaskan, sejak tahun 2019 lalu ada dua sadranan. Yang pertama yakni grebek sadranan yang diadakan 15 desa di Kecamatan Cepogo. Grebek Sadranan yang diadakan pertama kali pada tahun 2019 lalu itu bertujuan untuk membuka acara sadranan Ruwahan di setiap desa. Selain itu juga untuk kegiatan pariwisata.
“Rencananya grebek sadranan ini dilaksanakan pada 4 April 2020. Tetapi setelah keluar surat edaran Bupati Boyolali tanggal 19 Maret 2020 yang intinya untuk pencegahan penyebaran virus covid-19, corona. Saya selaku Ketua Paguyuban Kepala Desa mengadakan rapat dengan semua kepala desa, bersepakat untuk grebek sadranan ditiadakan untuk tahun ini, dikarenakan pengunjung dari luar kemungkinan banyak yang hadir,” katanya.
Adapun acara sadranan di tiap-tiap desa, lanjut Komedi, untuk diadakan musyawarah bersama BPD, RT/RW, tokoh agama dan tokoh masyarakat di masing-masing desa setempat. Musyawarah tersebut juga untuk menindaklanjuti SE Bupati Boyolali.
“Sebanyak 8 desa sudah mengadakan musyawarah dan diputuskan tetap menggelar sadranan di makam dan berdoa disitu. Tetapi tidak menggelar open house di rumah,” jelas Komedi yang juga menjabat Kepala Desa Genting ini.
Tradisi sadranan digelar secara terbatas. Tidak digelarnya open house atau saling berkunjung ini untuk mengurangi kerumunan warga dan tatap muka. Hal ini untuk mencegah penularan virus corona. Pasalnya, biasanya open house dalam tradisi sadranan ini banyak dihadiri warga dari berbagai daerah. Selain saudara maupun kerabat, juga teman-temannya. Bahkan lebih ramai dari Perayaan Hari Raya Idul Fitri.
Delapan desa yang memutuskan tak menggelar open house itu yakni Desa Genting, Sumbung, Sukabumi, Mliwis. Kemudian Desa Cepogo, Gubuk, Bakulan dan Wonodoyo. “Sedangkan yang 7 desa masih menjadwalkan musyawarah,” ujarnya.