Para Petani di Boyolali Mulai Tanam Tembakau

BIbit tembakau mulai disemai (doc/Fokusjateng.com)

Fokus Jateng-BOYOLALI- Kondisi kemarau basah tidak mengurangi semangat para petani di kawasan lereng Gunung Merapi- Merbabu wilayah Kecamatan Ampel, Gladagsari, Selo dan Cepogo Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah untuk kembali menanam tembakau. BIbit tembakau mulai disemai. Musim tanam tembakau, biasanya dilakukan di pertengahan Mei hingga Juni.Budidaya dilakukan secara tumpang sari dengan sayuran.
Sebagaimana dilakukan, Jarwanto petani asal Desa Ngargoloko, Kecamatan Gladagsari mengakui, budidaya tembakau menjadi pilihan para petani disana saat kemarau. Mengingat, saat kemarau, air sulit didapat sehingga petani akan kesulitan jika memaksa tanam sayuran.
“Ini menanam lagi dan sudah mulai menanam Tembakau dilahan setelah dilakukan pembibitan beberapa minggu kemarin,” katanya, Sabtu 10 Mei 2025.
Tidak sedikit para petani di desanya saat ini menanam kembali Tembakau jika dibandingkan menanam Jagung dalam menghadapi musim kemarau panjang ini. Saat ini dia menanam sebanyak 7.000 batang atau menurun dibandingkan tahun kemarin yang bisa menanam hingga 14.000 batang. Penurunan jumlah tanaman semata dipicu waktunya yang kini tersita untuk pekerjaan lainnya.
“Karena waktu saja, sehingga saya mengurangi jumlah tanaman,” katanya,
Ia menambahkan, untuk menghasilkan tembakau yang berkualitas, dibutuhkan waktu panen sekitar 80 hari, namun jika dipanen kurang dari 80 hari biasanya kualitas dan aromanya berkurang. Sehingga ia optimis harga tembakau tetap bagus.
“Untuk mengurangi risiko, saya dan sejumlah petani lain ikut pola kemitraan dengan pabrikan rokok. Nantinya, petani menyetorkan hasil panen sudah dalam kondisi tembakau kering rajangan.”
Namun demikian, petani dituntut untuk terus meningkatkan kualitas hasil panen. Salah satunya adalah tidak boleh mencampurkan gula pasir dalam rajangan tembakau yang dikeringkan.
“Pemakaian gula pasir digunakan sebagian petani untuk menambah bobot tembakau. Namun cara ini akan merusak kualitas tembakau.”
Petani lain, Kholiq mengungkapkan, dengan pola kemitraan, petani mendapat jaminan tembakau dibeli oleh pabrikan rokok. Petani juga mendapatkan bantuan benih, pupuk dan obat- obatan serta biaya tanam.
“Pola kemitraan memang agak ribet karena pabrikan menerapkan kualitas yang tinggi. Namun petani diuntungkan karena adanya jaminan tembakau pasti dibeli oleh pabrikan,” ucapnya. (yull/**)