Fokus Jateng-BOYOLALI,- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Boyolali mengantisipasi potensi kekeringan dampak musim kemarau tahun 2024 ini.
Kepala Pelaksana BPBD Boyolali, Suratno mengatakan, pihaknya telah mengadakan rapat koordinasi pada akhir Maret lalu dengan mengundang perwakilan pihak-pihak terkait untuk menyikapi dampak kemarau.
Selain menggagas soal anggaran, BPBD juga mempersiapkan kaji cepat dari dampak kekeringan. Salah satunya potensi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
“Kalau daerah rawan kekeringan, saat ini masih dipetakan. Ya masih dalam proses pengajuan SK siaga darurat kekeringan ke Bupati,” katanya. Jumat 28 Juni 2024.
Namun mengacu pada 2023, ada enam kecamatan yang terdampak kekeringan. Yakni, Kecamatan Tamansari, Musuk, Wonosamodro, Wonosegoro, Juwangi dan Kemusu.
Menurut Suratno, salah satu hasil rakor tingkat provinsi pada 10 Juni lalu, yakni BMKG menyampaikan jika musim kemarau di Jateng rata-rata dimulai pada Mei dengan puncak kemarau pada Juli mendatang. Bahkan beberapa kabupaten/kota sudah dimulai sejak Maret.
“Jadi kemarau berkisar 4-5 bulan akan menimpa mayoritas kabupaten/kota di Jawa Tengah, termasuk Boyolali. Diperkirakan kemarau tahun ini lebih basah.”
Sedangkan upaya penambahan debit air diantaranya dilakukan dengan menggunakan teknologi modifikasi cuaca. Diharapkan dapat mendatangkan hujan di wilayah Jateng.
“Jadi langkah penanganan siaga darurat karhutla juga perlu disikapi secara formal dengan penetapan status kedaruratan.” (**)