Oleh: Eko Prajawanto, S.Sos.I*
SISWA Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan masa usia yang rentan dalam proses pencarian jati diri. Maka berbagai perilaku dicobanya, baik yang menjurus arah positif maupun negatif. Salah satu image negatif siswa yang dikenal di tengah masyarakat adalah kenakalan siswa. Fenomena ini muncul dilatarbelakangi berbagai hal.
Misalnya di lingkup keluarga yang terkendala komunikasi antaranggota keluarga. Bisa jadi siswa jarang berkomunikasi dengan orang tua, adik dan kakak, bahkan keluarga dekat. Mencurahkan hati antarsesama anggota keluarga dinilai tabu dikhawatirkan mengganggu pencarian jati diri si siswa. Selain itu, masih di lingkup keluarga, bisa dimungkinkan pekerjaan dan penghasilan orang tua memengaruhi kenakalan siswa.
Kemudian pergaulan teman sebaya di lingkup lingkungan rumah sangat berpengaruh kenakalan siswa karena kurangnya monitoring dari orang tua. Salah satu contoh, usia SMP belum layaknya mengendarai sepeda motor sudah merengek minta sepeda motor kepada orang tua karena teman-teman sebayanya sudah menunggang sepeda motor.
Fenomena yang tidak kalah bahayanya adalah perkembangan informasi dan teknologi. Kondisi ini sulit untuk dibendung. Tapi peran orang-orang terdekatnyalah yang bisa mengendalikan. Misalnya penggunaan smartphone dibatasi untuk hal-hal positif seperti pengerjaan tugas-tugas guru dan kegiatan positif lainnya.
Lantas, apa sesungguhnya kenakalan remaja atau kenakalan siswa itu? Menurut Sartono (2018), kenakalan siswa adalah tindakan seseorang yang belum dewasa yang sengaja melanggar hukum yang diketahui oleh anak itu sendiri Bahwa jika perbuatannya itu diketahui oleh petugas hukum ia bisa dikenai hukuman.
Pendapat Sugeng Amin (2918), penyebab kenakalan remaja usia SMP disebabkan oleh dua faktor penting, yaitu lingkungan keluarga dan lingkungan pertemanan. Dua faktor ini memiliki peran penting pada perkembangan pemikiran dan kehidupan seorang remaja untuka masa depannya.
Lingkungan pertemanan ini bisa dikendalikan dari lingkup sekolah. Maka seorang guru bimbingan konseling (BK) di tingkat SMP sangat berperan sekali terhadap pengendalian kenakalan siswa. Pada tulisan ini, penulis mencoba menerapkan beberapa tips pengendalian kenakalan siswa berdasarkan pengalaman di lapangan.
Pertama, mencari akar permasalahan pada anak. Umumnya, anak-anak yang cenderung “nakal” memiliki latar belakang permasalahan. Mungkin karena orang tua terlalu sibuk, broken home, atau gangguan belajar. Segala kemungkinan alasan tersebut harus dikulik agar orang tua bisa mengatasinya.
Kedua, memberikan aturan dan sanksi yang tegas. Selain mengetahui akar masalahnya, orang tua juga wajib memberikan batasan dan pagar yang jelas terkait hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Hal ini akan membuat anak lebih waspada pada sesuai yang mungkin akan menjerumuskannya pada keburukan.
Ketiga, mengizinkan anak untuk memahami konsekuensi. Ketika aturan telah ditetapkan, kemudian anak melanggar, maka izinkan buah hati anda menjalankan konsekuensi yang harus diterima. Hal ini akan mengajarkan kepada anak untuk bertanggung jawab pada setian tindakan yang telah dilakukan. Ini merupakan bagian dari cara mengatasi kenakalan remaja usia SMP yang sedang pubertas.
Jika langkah ini dilakukan secara kontinyu dan berkesinambungan, maka karakter mereka akan terbangun sebagai pribadi yang lebih berfikir dan tidak mudah terpengaruh pada ajakan kawan lainnya. Umumnya, remaja memang masih tahap coba-coba hal baru yang menarik minat tanpa memikirkan resiko jangka panjang. Hal ini perlu diwaspadai para orang tua.
Keempat, bersikap seperti sahabat kepada anak. Di usia Sekolah Menengah Pertama, tingkatan ego anak semakin meningkat. Mereka mulai menyadari adanya virus merah jambu, bahkan mungkin memiliki rasa penasaran yang tinggi. Jika kehidupan di rumah tidak memberi dukungan dalam mengembangkan rasa ingin tahu tersebut ke arah yang benar, bukan hal mustahil bahwa mereka akan bertindak menyimpang.
Langkah yang bisa jadi salah satu cara mengatasi kenakalan remaja di usia ini yakni dengan menjadikan anak sebagai kawan dan sahabat. Anda bisa menjadi pendengar yang baik ketika anak-anak mulai bercerita. Untuk para ibu, jadilah “pacar” yang pengertian untuk para lelaki anda. Pun sebaliknya untuk para ayah kepada anak perempuannya.
Kelima, orang tua bisa menjadi teladan yang baik. Sejatinya, anak-anak merupakan cerminan dari orang tua. Para ortu seharusnya bisa memberikan teladan yang baik agar anak-anak bisa melihat dan menjadikan ayah dan ibu sebagai panutan. Dengan demikian, tugas untuk memberikan contoh ini jadi satu tanggung jawab yang penting untuk kebaikan anak hingga di masa mendatang.
Jika anak sudah menjadikan orang tua sebagai role model, maka sehala hal yang jadi titah dan aturan akan lebih mudah dilakukan. Hal ini dikarenakan mereka menyadari adanya kebaikan dalam setiap larangan atau perintah yang diberikan. Dengan demikian, kita bisa mengerem tindak mereka sebagai cara mengatasi kenakalan remaja di usia SMP. (*)
*Guru BK SMPN 2 Sukoharjo