FOKUS JATENG-BOYOLALI-Menyambut Idul Adha mendatang, populasi dan kondisi hewan kurban akan dipantau untuk mencegah peredaran hewan ternak yang tak layak konsumsi. Sementara, dari hasil pemantauan Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali, arus pedagangan untuk hewan kurban di sejumlah pasar hewan ternak di tengah pendemi COVID-19 masih lesu.
Kepala Disnakkan Kabupaten Boyolali, Bambang Purwadi, mengatakan masyarakat yang mencari hewan untuk kurban seperti sapi di sejumlah Unit Pelaksana Tugas (UPT) Pasar Hewan di Boyolali masih lesu dan belum kelihatan bergairah.
“Seperti pengalaman tahun sebelumnya perdagangan hewan kurban, diperkirakan mulai bergairah sekitar setengah bulan menjelang Hari Raya IdulAdha,” ujarnya, Senin (22/6/2020).
Kendati demikian, secara rutin, pihaknya dengan menggandeng dinas lain juga melakukan pemeriksaan lalu lintas ternak yang diperjual belikan di berbagai pasar ternak di wilayah Boyolali. Hewan ternak dari daerah lain yang masuk ke Boyolali juga dipantau.
“Pasar ternak di Boyolali Itu ada banyak, mencapai puluhan. Makanya kita menggandeng dinas lain untuk pengawasan kesehatannya,”katanya.
Pedagang setiap pengeluarkan hewan ternak ke luar daerah seperti sapi selalu dilengkapi dengan surat keterangan kesehatan hewan (SKKH). “Setiap pedagang jika mengirimkan ternak sapi keluar Boyolali selalu menyertakan SKKH. Untuk populasi ternak sapi di Boyolali tahun ini, jenis potong sebanyak 90.000 ekor, sedangkan jenis perah sebanyak 94.000 ekor,” katanya.
Adapun persediaan hewan ternak sapi untuk korban di tengah pandemi COVID-19 di Boyolali masih aman, karena daerah ini, termasuk salah satu pemasok daging di pulau Jawa.
Disnaskan mempunyai petugas di Unit Pelaksana Tugas (UPT) di setiap pasar ternak di Boyolali untuk melakukan pemantauan kesehatan terutama hewan yang akan dipotong untuk dikonsumsi termasuk hewan kurban.
Hewan kurban yang memenuhi syarat antara lain jenis kelamin jantan minimal usia dua tahun, sehat dan fisiknya baik. Pihaknya mendekati hari kurban juga melakukan pemeriksaan kesehatan hewan kurban di mesjid -mesjid.
“Boyolali saat ini, tidak ada kasus seperti penyakit antraks dan lain sebagainya. Program vaksin untuk ternak sapi selalu dilakukan setiap tahun terutama di daerah yang pernah mempunyai sejarah penyakit antraks,” katanya.
Menurut Bambang, pemeriksaan dilakukan dalam dua cara, yakni pemeriksaan ante mortem atau pemeriksaan secara hewan ternak sebelum dipotong, termasuk pencatatan jenis hewan kurban dan identitas lainnya, serta post mortem atau pemeriksaan daging hewan kurban yang telah dipotong. Kedua jenis pemeriksaan tersebut dilakukan untuk memastikan kelayakan hewan kurban yang akan dikonsumsi masyarakat.