Prestasi Tak Jadi Patokan, PPDB Boyolali Didasarkan Zonasi

Penerimaan siswa baru di Kabupaten Boyolali menggunakan sistem zonasi. (Yulianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Pendaftaraan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), kini didasarkan pada zonasi. Yang menentukan diterima atau tidak siswa tersebut, tidak lagi pada prestasi, namun jarak rumah dengan sekolah.

“Kalau dulu (tahun lalu), zonasi tapi seleksi pakai nilai USBN SD. Jadi walapun dalam zonasi yang sama, kalau nilainya kalah baik yang tidak diterima. Tetapi sekarang, (PPDB) murni zonasi. Yang menentukan jarak. Jadi jarak terdekat dari sekolah itu yang diterima,” kata Wakil Kepala SMPN 1 Boyolali, Tri Handoyo, ditemui di ruang kerjanya Senin (17/6/2019).

SMP Negeri 1 Boyolali, merupakan sekolah paling favorit di Kota Susu. Dengan PPDB dengan sistem zonasi saat ini, dikhawatirkan akan menurunkan mutu kelulusan sekolah tersebut. Pasalnya, nilai berapapun asalkan masuk dalam zona, akan diterima.

“Otomatis bapak ibu guru akan ekstra keras untuk mempertahankan prestasi,” ujar dia.

Disebutkan dia, dalam pendaftaraan PPDB saat ini sekolahnya melakukan secara terbuka. Pengumuman pendafataran, syarat-syarat hingga wilayah yang masuk dalam zonasi SMPN 1 Boyolali, dipampang pada papan pengumuman di depan sekolah.

Dalam PPDB kali ini, selain zonasi sebesar 90%, juga ada kuota pendaftar dari jalur prestasi sebanyak 5% dan jalur kepindahan orang tua (ikut orang tua pindah tugas) juga 5%.

“Kuota (di SMPN 1 Boyolali) sebanyak 256 siswa. Yang jalur prestasi 13, jalur kepindahan orang tua 13 dan yang lainnya jalur zonasi. Ada 8 kelas, masing-masing kelas 32 siswa. Yang daftar saat ini sudah 333 orang,” jelas dia.

Menurut dia, keuntungan PPDB sistem zonasi saat ini, bisa mendapatkan siswa yang rumahnya dekat dengan sekolah. Sehingga komunikasi bisa lebih mudah, informasi dari sekolah juga cepat tersampaikan kepada siswa maupun orang tuanya. Dari segi ekonomi juga semakin ringan, karena rumah siswa dengan sekolah yang dekat tersebut.

“Kalau kelemahannya, ya itu tadi kita mendapat murid yang heterogen. Jadi ada yang bawah, menengah, ada yang atas,” imbuh dia.

Hal ini karena seleksi tidak didasarkan pada prestasi akademik siswa, namun pada jarak rumah dengan sekolah. Sehingga nilai berapapun masuk, asalkan masuk zonasi.