Latih Kesiapsiagaan, BPBD Boyolali Gelar Gladi Evakuasi Warga KRB II Gunung Merapi

Personel BPBD Boyolali menggelar gladi evakuasi di wilayah Musuk, Boyolali. (Dok. Diskominfo Boyolali/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali, menggelar gladi evakuasi warga yang bermukim di daerah Kawasan Rawan Bencana (KRB) II Gunung Merapi. Gladi evakuasi ini melibatkan warga di 5 desa di Kecamatan Musuk.

“Gladi lapang ini intinya adalah untuk kesiap-siagaan masyarakat, stakeholder, pelaku baik itu relawan, pemerintan desa dalam rangka penanggulangan bencana alam khususnya erupsi Gunung Merapi,” kata Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BPBD Boyolali, Bambang Sinungharjo, disela-sela gladi lapang penanggulangan bencana erupsi Merapi di lapangan Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Rabu (5/9/2018).

Dikatakan Sinung, gladi evakuasi warga di lereng gunung Merapi ini telah dilakukan setiap tahun. Tahun 2017 lalu, dilaksanakan bagi masyarakat KRB III di Kecamatan Selo. Tujuannya, jika benar-benar terjadi letusan dan harus evakuasi, masyarakat sudah siap dan mampu melakukan evakuasi mandiri.

“Sehingga masyarakat nanti kalau terjadi (erupsi gunung Merapi) sudah siap untuk menghadapi. Kapan waktunya kita tidak pernah tahu. Karena itu kan alam, tapi mau tidak mau, suka tidak suka masyarakat sudah dilatih dan siap menghadapi, sudah digladi untuk kesiap-siagaan menghadapi bencana alam, khususnya Merapi,” ujarnya.

Dalam simulasi ini mempraktekkan 4 klaster. Yaitu, komunikasi, logistik, pengungsi dan medis atau kesehatan.
Sementara itu Kasi Kedaruratan BPBD Boyolali, Kurniawan Fajar Prasetyo, menambahkan gladi lapang ini melibatkan masyarakat langsung di wilayah KRB II. Selain itu juga potensi yang ada disana untuk evakuasi seperti kendaraan.

“Evakuasi mandiri berbasis masyarakat setempat. Kita berdayakan SDM, sumber daya lokal, kendaraan untuk mengevakuasi warga di wilayah KRB II jika terjadi bencana,” jelasnya.

Warga lima desa KRB II yang terlibat dalam gladi lapang ini yakti Desa Cluntang, Mriyan, Lanjaran, Sruni dan Sangup. Mereka dievakuasi ke titik aman yakti tempat penampungan pengungsi sementara (TPPS), di lapangan Desa Sruni yang berjarak sekitar 8 km dari puncak Merapi.

Evakuasi warga dari tempat tinggalnya ke TPPS lapangan Desa Sruni, tersebut dengan asumsi waktu 40 menit. Asumsi ini didasarkan atas uji yang dilakukan tim BPBD Boyolali beberapa waktu lalu dalam persiapan gladi lapang penanggulangan bencana alam letusan Gunung Merapi.

Diakui Kurniawan Fajar Prasetyo, asumsi waktu tersebut diakuinya sangat mepet. Apalagi untuk Desa Sangup yang berada di paling ujung selatan dan paling atas di Kecamatan Musuk. Namun hal itu sengaja ditetapkan agar gladi ini mendapatkan rasa yang sesungguhnya ketika benar-benar terjadi bencana letusan Gunung Merapi.

“Dari Desa Sangup yang paling dekat dengan puncak Merapi sampai Lapangan Sruni, asumsi waktu yang dibutuhkan untuk evakuasi 40 menit sejak dinyatakan evakuasi. Memang sangat mepet. Tapi justru ini untuk mendapatkan feel yang sesungguhnya jika terjadi letusan dan warga harus dievakuasi,” imbuh Yoyok sapaan akrabnya.

Dari gladi ini, nantinya juga akan dievaluasi. Termasuk asumsi waktu evakuasi. Selanjutnya, hasil evaluasi akan menjadi bahan untuk memberikan rekomendasi kepada para stakeholder untuk solusi penanganannya.
Menurut Yoyok yang juga Komandan SAR BPBD Boyolali, kendala yang mungkin dihadapi pada saat evakuasi adalah infrastruktur. Yaitu kondisi jalan yang tidak selurunya mulus sehingga bisa menghambat laju kendaraan-kendaraan evakuasi.