Petani Tembakau Boyolali Tak Berharap Banyak Musim Panen Tahun Ini, Ini Alasannya

Petani tembakau di lereng Merapi-Merbabu menyemprot tanamannya Rabu 11 Juli 2018. (Yulianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Para petani tembakau di wilayah Boyolali, terutama di lereng Merapi-Merbabu tidak menaruh harapan besar pada musim panen tahun ini. Mereka pesimistis tidak meraup untung seperti tahun lalu, 2017 karena pertumbuhan tanaman tembakau kurang bagus.

Slamet Muslih (49), petani tembakau asal Desa Sukabumi, Kecamatan Cepogo, Boyolali mengatakan, pertumbuhan tembakau tahun 2018 beda dengan tahun 2017. “Kalau tahun lalu sangat bagus, sehingga panennya juga memuaskan,” katanya kepada wartawan Rabu 11 Juli 2018.

Pertumbuhan tembakau kurang bagus ini lantaran musim tanam terlambat. Biasanya, penanaman tembakau dilakukan pada bulan Maret. Namun dia dan para petani lainnya baru bisa bertanam tembakau pada pertengahan bulan Mei. “Harusnya tanam tembakau pada bulan Maret saat masih turun hujan,” kata dia.

Saat itu mayoritas petani lebih mengutamakan bertanam sayuran. Mengingat harga sayuran masih sangat bagus dan tanaman tumbuh subur. Nah, diperkirakan masa panen akan dimulai pada pertengahan bulan Agustus mendatang.

Dia belum berpikir apakah nanti akan menjual hasil panen di ladang dengan sistem tebasan atau membawanya pulang untuk dirajang sendiri.

Rukiman (70), petani sekaligus penebas tembakau ini mengaku sudah kapok menebas hasil tembakau para petani. Dia masih terngiang masa pahit pada panen musim lalu. “Saat panen musim tembakau tahun lalu, saya rugi hingga Rp 41 juta. Saya kapok tak akan menebas tembakau lagi,” keluhnya.