Perjuangan Tukang Batu Boyolali Wujudkan Impian Berhasil Naik Haji

Fokus Jateng-BOYOLALI,- Setelah belasan tahun menabung Hantoro Parwono (46), yang berprofesi sebagai tukang batu akhirnya berhasil menunaikan rukun ke lima yakni beribadah haji. Warga Dukuh Sarimulyo, Desa Sambon, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah ini mengaku telah menabung selama 12 tahun. Dia mendaftar haji pada Mei 2012 dengan dana talangan haji dari bank sebesar Rp 25 juta. Dana sebesar itu harus dicicil selama tiga tahun, sebesar Rp 600 ribu/bulan.

“Padahal, bayaran sebagai tukang batu saat itu hanya Rp 925 ribu/ bulan. Ya, semua saya pasrahkan kepada Allah,” katanya. Kamis 30 Mei 2024.

Ia menuturkan setelah pinjaman talangan haji lunas, dia pun juga berusaha menabung dengan cara menyisihkan sebagian upah sebagai tukang batu. “Ya, nabung setiap minggu setelah terima bayaran. Uang saya masukkan ke kaleng biscuit. Setelah sebulan saya setorkan ke bank, begitu terus.”

Ia menambahkan, uang pelunasan ONH pun sebagian besar adalah pinjaman. “Biaya haji masih kurang Rp 23 juta. Beruntung ada teman dan saudara yang memberi pinjaman. Bahkan beberapa diantaranya tidak memberikan batas tempo pengembalian.”

Ditemui dirumahnya yang sederhana, bapak empat anak ini mengaku keberaniannya mendaftar haji, karena terpacu keterangan sejumlah ustad di pengajian yang sering diikutinya. Dimana dalam ceramah, ustad menyebut bahwa untuk mendaftar haji jangan sampai menunggu kaya.

Tekadnya semakin menguat pada tahun 2009 saat dia sering mengantar mertuanya pergi manasik haji. Hingga dia pun membuka tabungan haji di bank pada bulan Maret 2012. Uang itu adalah sisa pembagian warisan orang tuanya.

“Sebagian saya belikan tanah dan sisanya Rp 5 juta saya gunakan untuk membuka tabungan haji. Lalu pada bulan Mei, saya mendaftar dengan dana talangan haji dari bank Rp 25 juta.”

Hantoro mengatakan dirinya masuk kloter 94 dijadwalkan berangkat pada Rabu (5 Mei) mendatang. Hanya saja, ia berangkat sendirian, istrinya yang kerja sebagai penjahit tugas jaga rumah dan mengasuh anak.

“Jam 14.00 sudah harus kumpul di Masjid Ageng, Komplek Setda Terpadu Boyolali untuk berangkat ke Asrama Haji Donohudan,” katanya.

Hantoro memang lahir dari keluarga sederhana, sehingga ia tidak banyak membawa bekal. Yang penting adalah pakaian ihram, obat- obatan serta beberapa pakaian dan barang kebutuhan pribadi. Seperti perlengkapan mandi dan sabun cuci pakaian.

“Kami ini kan orang tak punya, jadi tidak membawa uang untuk beli oleh- oleh. Kami hanya berdoa agar seluruh rangkaian ibadah haji lancar dan pulang menjadi haji mabrur.” (**)