FOKUS JATENG-BOYOLALI-Distribusi pupuk bersubsidi diawasi secara ketat agar benar-benar tepat sasaran, sebab jumlah produksi pupuk subsidi memang belum mampu mencukupi semua kebutuhan petani.
Hal itu dikatakan Komisaris PT. Petrokimia Gresik, Mahmud Nurwindu, usai penanaman jagung di lahan demplot Kodim 0724/Boyolali, Selasa (5/3). Tahun ini, kebutuhan pupuk nasional berdasar Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) sebesar 15,5 juta ton. Namun kapasitas produksi pupuk subsidi hanya sebesar 9,5 juta ton. Dengan alokasi dana dari pemerintah untuk pupuk subsidi sebesar Rp30 triliun, sebanyak 5,2 juta ton diantaranya diproduksi oleh PT. Petrokimia Gresik.
“Karena adanya selisih, kami harap sebagian petani mau menggunakan pupuk non-subsidi,” katanya.
Mahmud menepis anggapan bahwa terjadi kelangkaan pupuk, utamanya pupuk bersubsidi, sebab alokasi pupuk ditentukan sesuai RDKK, sehingga petani yang kesulitan mencapi pupuk kemungkinan ia tak masuk RDKK. Solusinya, petani harus membentuk kelompok tani sehingga bisa dimasukkan ke dalam RDKK melalui dinas terkait untuk mendapat alokasi pupuk.
Karena kapasitas alokasi yang memang sangat terbatas, lanjutnya, meski sudah ada perangkat pengawasan Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KP3), dinas hingga PPL, pihaknya tetap menggandeng TNI/Polri untuk pengawalan pupuk bersubsidi.
“distribusi pupuk subsidi ini butuh pengawasan ketat. Misalnya pergerakan pupuk antar kecamatan itu sebenarnya sudah pidana. Sebab dasar alokasi pupuk di RDKK adalah kecamatan,”
Kapolres Boyolali, AKBP Kusumo Wahyu Bintoro menambahkan, untuk antisipasi penyelewengan distribusi pupuk hingga potensi peredaran pupuk palsu di Boyolali, pihaknya ikut melakukan pengawalan dan pengawasan, diantaranya memaksimalkan fungsi Babinkamtibmas. Namun sampai saat ini, masalah pupuk di Boyolali masih kondusif.
“Belum ada temuan kasus pelanggaran pidana terkait pupuk,” katanya.
Sementara itu, Dandim 0724/Boyolali, Letkol Herman Taryaman menjelaskan, lahan demplot kodim seluas 3,5 hektare di Kecamatan Mojosongo selama ini sudah dimanfaatkan untuk penanaman berbagai macam komoditas pertanian, diantaranya pepaya dan jagung, dengan hasil panen didistribusikan ke masyarakat menggandeng Gapoktan setempat.
“Selain jagung yang ditanam sekarang, ke depan kami juga berencana menanam kedelai. Sebab dua komoditas tersebut saangat penting untuk mendorong program ketahanan pangan,” tandasnya.