Musim Kemarau Berdampak pada Harga Sayur Mayur di Wilayah Boyolali Naik

Aktivitas pedagang sayur di Pasar Cepogo, Boyolali, Kamis 27 September 2018. (Yulianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Musim kemarau berdampak pada persediaan stok sayur mayur di Pasar Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah. Lantaran stok menurun ini, lantas mendorong harga sayur di pasaran di wilayah Boyolali merangkak naik.

Seperti halnya harga sayur mayur di Pasar Boyolali Kota, Kamis 27 September 2018. Rata-rata kenaikan harga ini 50-100 persen. Misalnya sawi dan bayam yang semula harganya Rp 800 per ikat, menjadi sekitar Rp 1.500-2.000 per ikat. “Kenaikan ini sudah terjadi sejak Idul Adha,” tutur Kartini (48), salah satu pedagang sayur mayur.

Ratmi (51), pedagang sayur di Pasar Cepogo mengatakan, banyak petani di lereng Merapi-Merbabu tak menanam sayuran. Saat musim kemarau petani lebih memilih menanam tembakau yang tak butuh air banyak. “Harga akan terus naik. Apalagi sebentar lagi suro (penanggalan jawa) habis. Banyak masyarakat yang menggelar hajatan,” jelasnya.

Sementara itu, Winarni (29), seorang pembeli berharap harga komoditas sayur, daging dan terlur ayam segera turun. Tingginya harga sayur dan kebutuhan pokok ini sangat terasa. “Pendapatan tidak naik. Tapi harga-harga pada naik,” kata dia.

Kenaikan harga ini membawa berkah bagi petani sayuran. Seperti yang dialami petani Desa Tempursari, Kecamatan Sambi. “Masalah air kami bisa atasi dengan mengambil air dari sumur rumah,” kata Ali, salah satu petani.

Kenaikan harga ini dapat memulihkan kondisi petani yang sebelumnya sempat anjlok. Dimana, beberapa bulan lalu, harga sawi dan bayam sangat terpuruk. “Seribu dapat tiga ikat. Jelas kami tidak bisa untuk sama sekali,” tuturnya.