FOKUS JATENG-BOYOLALI-Pada musim kemarau saat ini, para petani di lereng Merapi-Merbabu wilayah Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah, mulai panen. Namun, hasil panennya tidak dibawa pulang diolah sendiri, tapi ditebaskan di tempat.
Mereka memilih menjual tembakau dengan sistem tebas lantaran tidak mau repot. Sebab, mereka sudah langsung menerima uang sesuai kesepakatan antara penebas dengan petani. “Tidak repot Mas,” kata Tunggal (54), petani tembakau warga Dusun Kujon, Desa Wonodoyo, Kecamatan Cepogo, Boyolali, Selasa 31 Juli 2018.
Para petani mengaku puas lantaran panen tembakau kali ini cukup bagus. Hasil panen laku langsung dipohon dengan harga Rp 7,5 juta hingga Rp 10 juta. Harga tersebut lebih baik dibandingkan tahun lalu. “Lahan saya 1.000 meter persegi laku Rp 7,5 juta. Tidak maksimal karena sempat diguyur hujan,” tutur dia.
Yoto (65), penebas tembakau asal Desa Sukorejo, Kecamatan Musuk mengaku sudah mulai membeli tembakau hasil panen. Sasaran pembelian selain di wilayah Musuk, juga mencakup wilayah Kecamatan Ceogo. “Saya sudah mengeluarkan uang hingga Rp 80 juta untuk menebas tembakau milik petani,” jelasnya.
Diungkapkan, saat ini harga tembakau basah mencapai Rp 10.000/kg. Hanya saja, dia lebih senang membeli dengan sistem tebasan. Dengan perhitungan, setiap batang mampu menghasilkan tembakau basah 1 kg- 1,25 kg. “Tetapi panen tembakau tak bisa dilakukan sekaligus. Panen dilakukan bertahap hingga tiga kali mulai daun terbawah,” katanya.