FOKUS JATENG-BOYOLALI-Gunung Merapi telah mengalami tiga kali letusan freatik pada Senin (21/5), yang kemudian dinaikkan statusnya dari Normal menjadi Waspada. Letusan yang terjadi pada pukul 01.25 WIB, 09.38 WIB dan 17.50 WIB ini mengakibatkan beberapa wilayah di kawasan rawan bencana (KRB) III Kabupaten Boyolali diungsikan ke tempat yang lebih aman.
Melihat aktivitas tersebut, Pemerintah Kabupaten Boyolali (Pemkab) bergerak sigap dan cepat dalam tanggap bencana menghadapi kondisi tersebut. Wakil Bupati (Wabup) Boyolali, M. Said Hidayat memimpin rapat bersama jajarannya yang diselenggerakan di Ruang Sadewa Kantor Bupati Boyolali, Selasa (22/5).
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Boyolali, Sri Ardiningsih; Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Boyolali, Bambang Sinungharjo; beberapa instansi seperti Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, PMI, dan camat Selo, Musuk dan Cepogo, terlihat hadir.
Dilaporkan Kepala BPBD Boyolali bahwa menurut catatan letusan freatik menurut Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Teknologi (BPPTKG) letusan pertama berlangsung selama 19 menit dengan tinggi asap 700 meter dan letusan kedua mengakibatkan ketinggian asap 1200 meter selama 6 menit. Sementara letusan ketiga berlangsung selama 3 menit tanpa bisa dipantau secara visual ketinggian asapnya.
“Terkait dengan kondisi dan peningkatan status Gunung Merapi, masyarakat di KRB III kita ungsikan sebanyak 362 jiwa,” ungkap Sinung.
Sementara itu, Wabup Said segera meminta jajarannya untuk segera berkoordinasi demi kemanusiaan yang terjadi di Kota Susu ini. Selalu waspada dan selalu meningkatkan kesiapsiagaan menjadi poin penting yang ditekankan olehnya sekaligus selalu memantau arahan dan perkembangan dari pihak terkait.
“Jalin komunikasi yang baik, selalu siap siaga, itu yang sangat penting. Kita tidak boleh lengah, harus tetap waspada,” ungkapnya.
Pihaknya juga mengharapkan agar semua elemen dapat bekerjasama dengan solid. Kesadaran penanganan kebencanaan harus dibangun dengan persiapan penganggaran menyangkut logistik. Serta disepakai agar dibentuk sebuah grup komunikasi tanggap bencana yang mampu memberi informasi terkait bencana yang ada di Kabupaten Boyolali.
“Gunakan dan manfaatkan sesuai kegunaaan dan tingkatan kebencanaan. Semoga dengan dibuatnya grup komunikasi, bisa terjalin koordinasi baik sehingga bisa tertangani dengan baik pula,” tandasnya.