FOKUS JATENG-BOYOLALI-Para perajin genting di Desa Karanggeneng, Kecamatan Boyolali Kota, merugi. Hal ini dipengaruhi musim hujan yang berdampak pada pengeringan.
Bila cuaca cerah, genting bisa kering dalam tiga atau empat hari. Namun, kini belum tentu kering dalam waktu seminggu. Pasalnya, sinar matahari tak bisa menyorot secara maksimal. Bahkan, sering mataharo hanya terlihat sebentar saja karena terhalang mendung. “La ini, sudah seminggu genteng produksi saya belum bisa kering,” ujar Yanto (59) salah satu perajin RABU 7 Februari 2018.
Karena tidak ada sinar matahari, maka genting produksinya ditumpuk di pojok gudang miliknya. Langkah itu terpaksa dilakukan karena dia bakal merugi jika harus mengeringkan setiap hari. “Ya, rugi kalau hanya sebentar dikeluarkan untuk dijemur, lalu sebentar kemudian harus diambil lagi karena cuaca mendung atau hujan,” tutur dia.
Karena lambatnya proses pengeringan, maka pembakaran genting pun tak bisa dilakukan. Kini, proses pembakaran baru bisa dilakukan dalam dua atau tiga minggu sekali. Padahal, biasanya, pembakaran bisa dilakukan seminggu sekali.
Kini, mayoritas perajin tidak memiliki stok genting. Akibatnya, harga genting pun mengalami kenaikan. Sebelumnya harga genting hanya Rp 1.100 per buah. Namun karena minimnya produksi, harganya melonjak jadi Rp 1.300-Rp 1.400 per buah.
Perajin lain, Santosa (49) mengakui sulitnya mengeringkan genting di musim penghujan. Padahal, pesanan terus mengalir. Dia pun terpaksa menolak sejumlah pemesan karena produksi berkurang akibat cuaca mendung. “Beberapa pesanan terpaksa saya tolak,” katanya.