Napak Tilas Pangeran Sambernyawa, Cara SMP Kebangsaan Bharata Merayakan Nasionalisme di HUT Karanganyar ke-108

 

FOKUSJATENG.COM, KARANGANYAR  – Di tengah gempita perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-108 Kabupaten Karanganyar dan menjelang Hari Pahlawan, ratusan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kebangsaan Bharata mengambil jalur yang berbeda untuk memaknai sejarah. Mereka tidak hanya membaca buku, melainkan langsung menapaki jejak perjuangan pahlawan lokal, Raden Mas Said, yang masyhur dengan julukan Pangeran Sambernyawa.

Rabu (5/11/2025), Desa Kedawung, Kecamatan Jumapolo, menjadi saksi hidup sebuah upaya nyata penanaman nilai kepahlawanan melalui kegiatan Kirab Tongkat Nusantara Tiji Tibeh. Acara ini bukan sekadar pawai, melainkan sebuah perjalanan spiritual dan historis yang dirancang untuk mengukir semangat patriotisme langsung di hati generasi muda.

Jejak Sejarah di Lintas Alam

Kirab Tongkat Nusantara Tiji Tibeh membawa para peserta melalui rute lintas alam yang menapak tilas bagian dari perjalanan gerilya Pangeran Sambernyawa. Dimulai dari halaman sekolah di Dusun Tengklik, perjalanan penuh makna ini melintasi Kali Nggudug, menuju Sendang Dahar, Goa Lasem, dan Goa Salak, hingga berakhir di lokasi keramat: Punden Tongkat Nusantara Tiji Tibeh atau Punden Sono di Dusun Dawung.

Punden Sono adalah titik fokus legenda. Kisah tutur menyebutkan bahwa di bukit inilah Raden Mas Said menancapkan tongkat kayunya saat beristirahat, yang kemudian tumbuh kokoh menjadi pohon sono yang melegenda. Pohon ini, yang kini dirawat sebagai Petilasan Tongkat Sambernyawa, menjadi simbol keteguhan dan keabadian semangat perjuangan.

“Perjalanan ini merupakan bagian penting dari pergerakan dan perjuangan Raden Mas Said yang diketahui pernah menembus Gunung Lawu untuk melakukan gerilya ke Ponorogo,” jelas Kepala Sekolah SMP Kebangsaan Bharata, Gregorius Gresi Raja.

Julukan Pangeran Sambernyawa sendiri disematkan karena strategi perangnya yang hebat dan nyaris tak terkalahkan. Melalui napak tilas ini, siswa tidak hanya belajar tentang nama, tetapi tentang militansi dan keberanian seorang pemimpin sejati.

Membawa Tongkat dan Merah Putih

Sepanjang rute, para siswa membawa replika tongkat yang melambangkan perjuangan, serta mengibarkan bendera Merah Putih. Aksi ini secara visual menyimbolkan peleburan semangat perjuangan lokal Pangeran Sambernyawa dengan semangat nasionalisme dan persatuan Bangsa Indonesia.

Gresi Raja menekankan bahwa tujuan utama kegiatan yang diinisiasi oleh sekolah bersama Pemerintah Desa Kedawung ini adalah memberikan pelajaran sejarah secara langsung. “Melalui napak tilas ini, para siswa diharapkan dapat meneladani semangat patriotisme, militansi, dan ajaran luhur Pangeran Sambernyawa,” imbuhnya.

Ajaran Luhur: Tiji Tibeh dan Tri Dharma

Inti dari kegiatan ini adalah menggaungkan filosofi utama Pangeran Sambernyawa: “Mati Siji Mati Kabeh, Mukti Siji Mukti Kabeh” (Mati satu mati semua, jaya satu jaya semua). Ajaran Tiji Tibeh ini adalah penekanan mendalam tentang kebersamaan, kesetiakawanan, dan kesadaran kolektif dalam perjuangan maupun kemakmuran.

Lebih lanjut, para siswa didorong untuk menghayati Tri Dharma perjuangan Raden Mas Said:

  1. Rumangsa Melu Handarbeni (merasa ikut memiliki).
  2. Wajib Melu Hangrungkebi (wajib ikut mempertahankan).
  3. Mulat Sarira Hangrasa Wani (berani mawas diri).

Ketiga nilai ini, yang merupakan fondasi karakter seorang pejuang, menjadi bekal bagi siswa agar kelak menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan berani membela kebenaran.

Kepala Desa Kedawung, Suwarni, menyambut baik inisiatif ini. Pelaksanaan Kirab Tongkat Nusantara Tiji Tibeh secara resmi menjadi penanda dimulainya rangkaian peringatan Hari Pahlawan dan HUT Karanganyar, menegaskan komitmen pemerintah daerah untuk menjaga ingatan sejarah lokal.

“Kirab Tongkat Tiji Tibeh diharapkan juga mampu membawa dampak positif bagi warga setempat. Rangkaian kegiatan napak tilas perjuangan Raden Mas Said ini direncanakan akan terus digelar rutin di setiap momen peringatan Hari Pahlawan dan Hari Jadi Kabupaten Karanganyar,” tutur Suwarni.

Dengan menjejakkan kaki di tanah yang pernah dilalui Raden Mas Said, para siswa SMP Kebangsaan Bharata tidak hanya menghormati sejarah, tetapi juga secara aktif menanam benih-benih kepahlawanan di dalam diri mereka. Semangat Pangeran Sambernyawa kini telah menemukan wadah baru, mengalir dalam jiwa generasi penerus Karanganyar. ( bre )