Fokus Jateng-BOYOLALI,- Lesunya daya beli masyarakat dikeluhkan oleh Pedagang Sembako Pasar Tradisional Boyolali, terlebih harga sebagian bahan pokok mulai turun. Hal itu justru dibarengi dengan sepinya pembelinya.
“Satu bulan ini harga sebagian sembako cenderung normal dan tidak mengalami kenaikan yang signifikan. Padahal, biasanya mendekati Nataru, harga-harga sembako akan naik dan daya beli ikut naik,” kata Heni Nilasari salah satu pedagang sembako di Pasar Boyolali. Jumat 6 Desember 2024.
Ia mengatakan, tidak sedikit pembeli yang mengurangi porsi pembelian. Jika biasanya membeli lima kilogram beras, kini masyarakat hanya membeli eceran. Namun demikian, Heni mengaku tidak mengetahui secara pasti penyebab lesunya daya beli masyarakat di akhir tahun ini.
“Jadi dari yang beli satu kilo cuma beli seperempat disesuaikan dengan kondisi keuangan harian. Kenaikan ini yang drastis itu bawang merah, bawang putih, bawang merah terutama sampai Rp 40an , kalau beras naik turun, gula naik turun, kalau minyak itu melejit terus cuma mungkin ada minyak kita. Jadi masih memburu minyak kita, minyak kita saya jual Rp 15 ribu,” ungkapnya pada Kamis (5/12).
Senada, pedagang bumbu dapur Pasar Tradisional Boyolali, Heri Tri menyebut penurunan pembeli mencapai 50 persen. Padahal harga cabai termasuk murah dan sangat terjangkau. Namun, minat masyarakat justru turun.
“Kondisi ini sudah satu bulan lebih, ya kaya gini omsetnya turun. Kalau harga cabai rawit saja sekarang masih Rp 25 – Rp 20 ribu, keriting juga sama. Terus kalau teropong Rp 25- Rp 30 ribu, naik turun. Yang agak tinggi itu cabai rawit hijau itu sampai Rp 35 ribu itu yang paling tinggi. Kalau bawang putih itu Rp 45 ribu, bawang merah Rp 40 ribu, itu naik,” katanya.
Terpisah, Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Boyolali, Insan Adi Asmono membenarkan daya beli masyarakat cenderung stagnan. Inflasi saat ini adalah 1,5 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 4,9 persen dan Jawa Tengah 4,95 persen. Seharusnya, daya beli masyarakat bisa terdongkrak. Namun, fenomena saat ini, terutama di Boyolali justru sebaliknya. Untuk itu, Tim pengendali inflasi daerah (TPID) melakukan survei sejumlah bahan pangan di pasar-pasar tradisional.
“Harganya cenderung turun, tapi yang membeli juga tidak bertambah. Artinya begitu harga diturunkan, logikanya kan menjadi banyak transaksi, tetapi ini tidak. Termasuk kebutuhan pokok,” jelasnya.
Ia mengemukakan, pemkab akan melakukan pemantauan mingguan dalam waktu dekat. Dia berharap kondisi ekonomi masyarakat bisa membaik.
Disisi lain, Insan menilai perlu instrumen survei yang lebih luas. Diantaranya terkait tren masyarakat saat ini banyak yang melakukan perdagangan melalui online. ( yull/**)