FOKUS JATENG-BOYOLALI-Kendati ratusan warga yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III lereng Merapi Kabupaten Boyolali, sudah ada yang diungsikan, aktivitas warga masih tampak normal. Seperti yang terlihat di Dukuh Stabelan, Desa Tlogolele, Kecamatan Selo terlihat masih beraktifitas normal. Tak terlihat dari penduduk yang panik setelah status gunung Merapi dinaikkan ke level III.
Para petani masih mengurus ladangnya dengan tenang. Bahkan, warga yang membangun rumah atau memperbaiki rumah, kegiatan pembangunan masih dilakukan. Namun demikian, mereka mengaku telah mengemasi barang-barang yang penting yang dibawa ketika mengungsi nanti.
“Surat-surat, dan harta benda lain sudah saya masukkan kedalam tas, tapi mau bagaimana lagi, kami punya tanggung jawab beberapa ekor sapi” kata Untung Sulistyo (45) warga Dukuh Stabelan, Desa Tlogolele, Kecamatan Selo.
Dikatakan, sebagian warga di desanya sudah diungsikan ke pos yang ada di TPPS Tlogolele. Mereka yang diungsikan adalah kelompok usia rentan, seperti balita, orang sakit dan ibu hamil atau menyusui. “Warga yang muda dan sehat belum diungsikan,” imbuhnya.
Dia mengaku masih cukup tenang melihat kondisi Merapi Saat ini. Meski tempat tinggalnya cukup dekat dengan puncak Merapi, yakni hanya 3 kilometer dari Puncak Merapi tak membikin masyarakat panik.Untuk itu warga, khususnya yang laki-laki setiap malam melakukan ronda. Berada di jalan-jalan sambil menyalakan api unggun. Api unggun ini merupakan tradisi turun temurun dari nenek moyang yang dinyalakan setiap Merapi bergejolak.
“Dulu ketika sudah hujan abu cukup deras baru warga mengungsi. Sekarang sudah diantisipasi,” katanya.
Warga yang lain, Gimu Wartoyo menambahkan, ia sudah merasakan tanda-tanda Merapi akan erupsi seperti terdengar suara gemuruh saat pagi bahkan kadang siang. “Sudah satu mingguan ini mungkin. Saya kurang memperhatikan,” imbuhnya.
Berdasarkan pengalaman, Gimu mengaku juga sudah mengemasi surat-surat penting dan benda berharga, beberapa pakaian telah dia kemasi. Termasuk pakaian milik 5 anggota keluarganya telah siap.
“Semua dokumen penting sudah saya masukkan ke dalam tas jinjing dan sewaktu-waktu gampang dibawa, akan tetapi kalau belum meletus saya tetap di rumah saja, tapi kalau sudah ya harus mengungsi,” katanya.
Berkait evakuasi, para petani itu mengaku sudah beberapa kali mendapat sosialisasi mengenai jalur evakuasi, jika sewaktu-waktu Merapi mengalami erupsi. Sementara itu, terpantau sejumlah kendaraan bak terbuka diparkir di pinggir jalan yang merupakan jalur evakuasi. Menurut penuturan warga, kendaraan itu akan digunakan untuk mengevakuasi warga jika sewaktu-waktu ada peningkatan status Merapi. Pihak desa juga sudah mengkondisikan beberapa mobil untuk mengangkut warga. Seperti pick up, ambulan dan truk.
“Memang hawanya mulai panas, tapi kalau hewan-hewan seperti kera dan burung belum turun ya masih aman,” pungkasnya.