PILGUB JATENG 2018: Survei LSI, Ganjar Yasin Unggul 54,0 Persen

Rilis hasil survei LSI terhadap Pilgub Jateng 2018 di Semarang Kamis 21 Juni 2018. (Istimewa/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-SEMARANG-Sepekan jelang coblosan Pilgub Jateng, Lingkaran Survey Indonesia (LSI) Denny JA merilis hasil survei Kamis 21 Juni 2018. Pelaksanaan survey ini mengambil 440 orang responden di Jawa Tengah dan dilaksanakan pada tanggal 7-13 Juni.

Kesimpulan dari survei ini, Ganjar Yasin unggul sebesar 54,0 persen dibanding Sudirman Said-Ida Fauziyah yang hanya memperoleh 13,0 persen.

“Melihat hasil survey kali ini, kami memprediksi Ganjar selangkah lagi menuju dua periode,” ungkap Direktur LSI Denny JA, Sunarto Ciptoharjono di Hotel Grand Candi Semarang. Dia menegaskan, margin eror survei yang dilakukan hanya sekitar 4,8 persen.

Lebih lanjut Sunarto menjelaskan, peta dukungan massa grassroot partai banyak yang kurang solid. Yang paling mencolok adalah PKB. Massa partai pengusung SS-Ida ini justru mendukung Ganjar-Yasin untuk menjabat sebagai pemimpin Jateng. Terhitung ada 41,18 persen yang mendukung Ganjar-Yasin. Sementara yany mendukung SS-Ida hanya 17,65 persen.

Dari seluruh parpol, massa grassroot partai yang paling banyak mendukung SS-Ida hanya Partai Gerindra. Itu pun hanya 46,05 persen. Suara grassroot Gerindra yang disedot Ganjar-Yasin tembus 28,95 persen.

“Yang perlu digaris bawahi, massa partai itu hanya grassroot. Bukan elite politiknya,” jelasnya.

Dalam survei itu, juga diketahui jika distribusi pemilih berdasarkan organisasi Islam, tetap berpihak kepada paslon nomor urut 1. Ganjar-Yasin berhasil menarik massa Nahdlatul Ulama (NU) hingga 62,83 persen. Sementara SS-Ida hanya kebagian 8,92 persen. Sisanya belum menentukan pilihan.

Di kalangan Muhammadiyah, 29,09 persen juga mendukung Ganjar-Yasin. 10,91 persen mendukung SS-Ida. Sisanya yang 60 persen, belum menentukan pilihan.

Massa pendukung Ganjar-Yasin tetap tinggi jika dilihat dari kategori partai nasionalis dan partai berbasis Islam. Untuk partai nasionalis, Ganjar-Yasin mendapat porsi 65,85 persen. Sementara Partai berbasis Islam, 41,18 persen.

“Pilgub sudah tinggal hitungan hari. Nyaris mustahil ada migrasi massa yang besar-besaran,” jelasnya.

Sunarto mengakui, SS-Ida tetap punya kesempatan untuk merebut suara. Hanya saja, butuh strategi dan kerja ekstra keras. “Kalau melihat waktu yang sangat mepet, perebutan massa hanya bisa dilakukan dengan serangan. Apa yang menjadi kelemahan lawan, akan di-attack,” bebernya.

Meski begitu, serangan frontal tersebut sangat riskan. Sebab, jika masyarakat tahu kebenarannya, serangan yang dilancarkan justru jadi bumerang. Soal isu kasus korupsi e-KTP yang selama ini menjadi batu sandungan Ganjar, misalnya. Jika dilihat dari hasil survei, banyak yang tidak percaya Ganjar terlibat dalam bagi-bagi uang megakorupsi tersebut.

“Dari survei yang kami lakukan, memang ada 74,5 persen masyarakat yang pernah mendengar kasus e-KTP. Tapi dari angka itu, 48 persen yakin kalau Ganjar tidak terlibat kasus tersebut. Yang percaya hanya 13,9 persen. Artinya, jika lawan politik terus menggoreng isu e-KTP, migrasi massa yang terjadi hanya 13,9 persen itu,” paparnya. (*)