Bila Pejabat di Boyolali Satu Panggung di Gelaran Ketoprak Birokrasi. Ini yang Terjadi…

Gelaran seni Ketoprak Birokrasi yang digelar di Balai Sidang Mahesa Boyolali, Selasa malam 13 Februari 2018. (Yulianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Gelak tawa pecah di Balai Sidang Mahesa, Boyolali, Selasa malam 13 Februari 2018. Para penonton dibikin terpingkal-pingkal dengan aksi para pejabat di Boyolali. Yakni pejabat Pemkab Boyolali, anggota DPRD, hingga jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) bermain ketoprak.

Ya, gelaran itu merupakan puncak acara silaturahmi warga dikemas dalam pertunjukan seni yang bertajuk “Ketoprak Birokrasi”. Selain didukung para seniman Ketholeng Institute, pagelaran juga dimeriahkan kehadiran Marwoto dan Den Baguse Ngarso.

”Kegiatan ini juga sebagai sarana menggiatkan kembali seni kethoprak di wilayah Boyolali,” kata Wakil Bupati Boyolali M Said Hidayat yang malam itu berperan sebagai Rangga Tohjaya atau Mahesa Jenar.

Aksi para pejabat itu berulang kali memancing gelak tawa ribuan penonton, seperti ucapan Sima Lodra yang diperankan Kabag Hukum Suratno, saat menyebut nama Nyai Simo Lodra dengan sebutan mbakyu.

“Opo aku iki mbakyumu,” ujar Rini S., PNS dari Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPMP2T) yang berperan sebagai Nyai Simo Lodra.

Selain itu celetukan para pejabat di luar naskah semakin membuat penonton terpingkal pingkal. “Nek ra pas ngeneki aku ra bakal wani,” kata Nyi Simo Lodra saat menendang salah satu cantriknya yang diperankan Ketua Komisi III DPRD Ribut Budi Santosa.

Tak hanya pemain ketoprak saja yang menarik, para penonton juga terkesan dengan pertujukkan yang berlangsung selama lebih dari 3 jam itu. Sebab selain aktor dan aktris yang menarik perhatian, penataan panggung dan musik juga sangat menarik.

Sementara itu, Ketua DPRD Boyolali S. Paryanto mengingatkan kepada masyarakat Boyolali untuk menjaga kerukunan masyarakat. Apalagi mendekati tahun politik, perbedaan pandangan mengenai calon pemimpin itu pasti ada. “Pesan gotong royong, guyub rukun yang terus kami dengungkan kepada masyarakat,” katanya.

Ditemui usai pertunjukan, Bupati Boyolali Seno Samodro yang berperan sebagai Sultan Trenggono, mengungkapkan, Mahesa Jenar memiliki nilai historis dengan Boyolali. Ksatria kerajaan Demak itu merupakan murid dari Pengging, Kecamatan Banyudono. “Bisa menjadi pendekar sakti karena bergurunya di Pengging,” katanya.

Sehingga dalam lakon ketoprak demokrasi ini dipilihlah lakon tersebut agar masyarakat tidak melupakan sejarah. Seperti halnya bangsa-bangsa barat yang sangat bangga dengan tokoh legendarisnya. Misalnya bangsa Prancis yang bangga dengan Kasanova dan Spanyol bangga dengan Don Juan.