FOKUS JATENG-BOYOLALI-Tangan jahil para pendaki Gunung Merbabu patut disayangkan. Sebab, mereka tidak menjaga alam sekaligus lingkungan. Puncak Gunung Merbabu terlihat kotor, lantaran aksi vandalisme mereka. Seperti Tugu Triangulasi yang baru dibangun Desember 2017 tidak luput dari aksi vandalisme.
”Kami mengajak kepada yang punya kepedulian. Sambil mengingatkan kepada mereka yang mengatasnamakan diri pecinta alam, apalagi kader konservasi. Mbok ya jangan sampai mencintai alamnya itu dengan diwujudkan membuat coret-coretan,” kata Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (BTNGMb) Edy Sutiyarto, kepada wartawan Selasa 16 Januari 2018.
Diakui aksi vandalisme terjadi hampir di setiap gunung di Indonesia. Hal ini terjadi lantaran kurang sadarnya para pendaki yang katanya pecinta alam, tapi malah merusak alam.
Vandalisme tidak hanya di gunung saja. Tempat yang mudah dijangkau pun juga tidak luput dari aksi tangan jahil tersebut. ”Kalau dilihat di gunung-gunung, saya di Merapi (Balai Taman Nasional Gunung Merapi) tiga tahun, juga yang namanya corat-coret, vandalisme ini juga di mana-mana. Sudah dihapus bareng-bareng, sudah selalu diingatkan, muncul lagi,” keluh dia.
Dengan demikian, perlu peran semua pihak secara bersama-sama untuk menjaga potensi keindahan alam dan aset-aset yang ada, agar lebih indah lagi. Sehingga bisa menarik wisatawan luar negeri untuk datang. Diakui, turis mancanegara yang mendaki merbabu memang tak sebanyak dari pendaki lokal. Namun memberikan pemasukan yang lebih besar karena ada perbedaan harga dari tiket retribusi masuk.
”Tetapi kalau melihat kok banyak corat-coret, mereka akan protes. Mengapa banyak coretan?” tegasnya.
Jika ada pendaki yang ketahuan melakukan corat-coret akan diberikan hukuman. “Kalau ada yang ketahuan mau saya hukum, harus bersih-bersih sampai patroli, biar tahu ternyata menjaga merawat alam itu tidak mudah,” katanya.
Berkaca dari masih seringnya aksi vandalisme itu, maka di tahun 2018 ini BTNGMb akan memfasilisinya. Disediakan tempat khusus bagi pendaki yang akan melakukan corat-coret. Namun, papan untuk corat-coret itu akan ditempatkan yang paling tinggi jumlah pendakinya yakni lewat jalur Selo, Boyolali.
”Nanti disana ditempatkan (papan) ukuran sekitar 2 x 1,5 meter. Tetapi (papan itu) nanti juga bisa dilepas, seperti banner, MMT itu. Silahkan tulis, biar tanda tangan disitu. Kalau mau menuangkan apa yang mau dimaksudkan, mau difoto-foto silahkan, corat-coretan silahkan disini (papan tersebut). Kalau diatas ya potret-potretan saja lah,” jelasnya.