Cegah Difteri, Dinkes Boyolali Optimalkan Imunisasi Anak

Wabup Boyolali M. Said Hidayat dan Kepala Dinkes Boyolali dr. Ratri S. Survivalina, MPA foto bersama dengan perwakilan komunitas saat workshop community development Sukkma Koboy 2017, di Azhima Resort and Convention Desa Gagaksipat, Kecamatan Ngemplak, Boyolali, Kamis 12 Oktober 2017. (Ichwan Prihantoro/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG – BOYOLALI – Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali akan terus mengoptimalkan cakupan imunisasi dasar maupun ulangan untuk mencegah munculnya penyakit difteri. Meskipun, saat ini tidak ditemukan pasien penyakit difteri di Boyolali.

”Sudah lama banget, sudah puluhan tahun tidak ada penyakit difteri di Boyolali itu,” ujar Kepala Dinkes Boyolali Ratri S Survivalina, kepada wartawan Senin 11 Desember 2017.

Pihaknya akan berusaha cakupan imunisasi hingga 100 persen. Minimal 98 persen untuk memberikan kekebalan kepada anak-anak. Untuk itu pihaknya mengingatkan kepada masyarakat tentang pentingnya imunisasi untuk kekebalan anak dari sejumlah serangan penyakit.

”Cakupan minimal 98 persen itu sebenarnya sudah memberikan kekebalan kepada persona dan komunal. Komunal itu dalam satu lingkungannya. Tetapi kalau kurang dari itu nanti ada lokasi-lokasi komunitas yang kekebalannya rendah, disitu berpotensi masuknya kuman atau virus,” katanya.

Beruntung, lanjut dia, di Boyolali cakupan imunisasi difteri sudah bagus. Dijelaskan, program imunisasi dasar yakni pada anak usia 0 sampai 9 bulan. Jika sebelumnya ada tiga kali dosis yakni vaksi DPT (Difteri, Pertusis dan Tetanus), sekarang ini ditambah lagi HIB (haemophilus influenzae tipe b) dan hepatitis B, menjadi pentavalen.

”Jadi biar saat imunisasi itu tidak berulang-ulang disuntik. Sekali suntik untuk lima jenis kekebalan. Itu untuk anak usia 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan. Imunisasi dasar,” jelas dia.

Selanjutnya, imunisasi diulang lagi saat anak di usia Sekolah Dasar (SD) melalui program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), yang dilaksanakan setiap tahun sekali, di awal bulan September. Diberikan pada anak kelas I, kelas 2 dan kelas 3.

”Setiap tahun sekali mendapat imunisasi TD (Tetanus Difteri) dan DT (Difteri Tetanus). Itu sama saja, hanya beda dosis,” imbuh Ratri.

Menurut Ratri, imunisasi tersebut idealnya diulang setiap 10 tahun sekali. Hanya saja, untuk orang dewasa kekebalannya dianggap sudah cukup, karena sudah bisa tumbuh dan bisa melawan penyakit sendiri. ”Kecuali yang kena penyakit AIDS atau penyakit yang melumpuhkan kekebalan tubuh seperti lupus, bisa sih terjangkit lagi,” terang Ratri.