Kisah Penjual Bakso Bakar di Boyolali Bisa Naik Haji. Menabung di Celengan Bambu

Fokus Jateng- BOYOLALI- Menunaikan ibadah haji untuk menyempurnakan rukun islam merupakan impian Luqman Busroh Warga Dukuh Lemahbang, Desa Dibal, Kecamtan Ngemplak, Kabupaten Boyolali.

Lelaki berusia 35 tahun ini sehari-hari bekerja sebagai penjual bakso bakar di selatan bandara Adi Soemarmo, Boyolali. Ia merasa senang dan lega bisa dipanggil untuk pergi haji tahun ini.

“Seneng dan lega, seperti nggak percaya, ternyata berkat doa itu Allah mengabulkan,” kata Luqman Busroh, ditemui saat jualan bakso bakar di pinggir jalan selatan bandara Adi Soemarmo, Ngemplak, Boyolali, Kamis 09 Mei 2024.

Usahanya mengumpulkan uang tabungan haji sedikit demi sedikit dari hasil jualan bakso bakar tersebut kini membuahkan hasil. Pada musim haji tahun 2024 ini, ia masuk ke dalam kloter haji 94 dari Kabupaten Boyolali, yang akan berangkat tanggal 4 Juni 2024 mendatang. Luqman berangkat sendiri, sedangkan istrinya di rumah mengasuh 5 anaknya.

Hingga saat ini, ia masih berjualan bakso bakar. Sejak subuh ia sudah bangun untuk memproduksi bakso untuk di jual.

“Saya menikah tahun 2012 dan langsung berjualan bakso bakar,” imbuhnya.

Sejak itu pula ia mengaku mulai menabung dari usaha dagangnya tersebut. Dari uang tabungan ditambah hasil jualan bakso bakar, dia mendaftar naik haji di tahun 2012. Dari penghasilan jualan bakso bakar sehari dengan omset Rp 400 ribu – Rp 500 ribu, dia sisihkan untuk ditabung antara Rp 50 ribu – Rp 100 ribu.

“Kadang Rp 60 ribu, Rp 70 ribu, nggak mesti,” ungkapnya.

Selain itu, dia juga menyisihkan uang-uang receh koin dia tabung di celengan bambu. Dia mengaku belum tahu jumlah uang yang berhasil di kumpulkan dari uang koin pecahan Rp 500 dan Rp 1.000 itu. Ada dua ros bambu ori yang digunakan untuk menabung uang koin itu.

“Belum di hitung. Itu niatnya untuk sangu berangkat naik haji. Bismilah mas.”

Luqman menambahkan, sudah punya niat untuk menunaikan ibadah haji sejak masih anak-anak. Dia terinspirasi dari penjelasan guru ngajinya tentang naik haji.

“Dari kecil kan sudah diberi tahu tentang haji. Terus punya niat dari sejak kecil, sama mubaligh di masjid, diajari doa, supaya suruh baca terus. Baca doa naik haji,” jelas dia.

Doa itu pun dibacanya sejak kecil. setiap hari. Bahkan setiap ada kesempatan berdoa, doa tersebut terus dia panjatkan.

“Sejak saya masih TPA, diajari mubaliqh saya, itu yang menginsipirasi saya ingin naik haji dari kecil, padahal saya cuma anak petani,” imbuhnya.

Selain itu, lanjut dia, juga ada yang mendorong untuk mendaftar haji. Yaitu ayahnya yang juga sudah berangkat menunaikan ibadah haji tahun 2001 lalu. Saat itu ayahnya yang seorang petani berangkat naik dengan menjual ternak sapinya. (**)