Hujan Abu Vulkanik di Lahan Pertanian dan Pemukiman Warga Sekitar Lereng Merapi

abu vulkanik

abu vulkanik (yuliato/Fokusjateng.com)

FOKUSJATENG – BOYOLALI – Hujan abu vulkanik kembali menghujani tanah pertanian dan pemukiman warga sekitar lereng Gunung Merapi, setidaknya sejak Minggu (8/8/2021) pagi hujan abu vulkanik berlanjut hingga Selasa (9/8/2021) malam.

“Sejak hari Minggu pagi sudah terhitung sudah 4-5 kali hujan abu,” kata Maryanto, Kepala Dusun Stabelan, Desa Tlogolele, Kecamatan Selo.

Menurut dia, hujan abu kembali mengguyur tanaman sayuran, tembakau, jalan, dan genteng rumah, sejak Minggu pagi hingga siang, setelah berlangsung beberapa kali hingga Selasa malam, terlihat warna berubah menjadi putih.

Akibat dihujani abu vulkanik. Kendati demikian, masyarakat setempat tetap tenang beraktivitas ke ladang seperti hari biasa.

“Tetapi masyarakat tetap tenang, masih ke ladang seperti biasa,” katanya.

Dijelaskan, abu menutup daun dan tanaman warga di ladang. Meski tidak membuat rusak tanaman, hujan abu vulkanik membuat harga jual menjadi turun, terutama untuk tanaman tembakau. Sebelum terkena abu, harga tembakau Rp 5.000/kg.

“Sekarang setelah kena abu harga turun menjadi Rp 4.000/kg.”

Demikian juga harga jual tomat dan cabai ikut turun akibat dampak hujan abu Merapi.

“Ya. Untungnya tanaman cabai dan tomat tidak begitu banyak. Mayoritas tanaman saat musim kemarau adalah tembakau,” katanya.

Disisi lain, Maryanto menuturkan adanya suara gemuruh saat terjadi guguran awan panas Merapi. Bahkan, jika terjadi erupsi cukup besar, warga juga merasakan getaran.

“Masyarakat juga berjaga setiap malam untuk antisipasi. Guguran awan panas masih mengarah ke barat daya sehingga tidak terlihat langsung dari Stabelan,” ujarnya.

Salah satu petani tembakau, Eko (55) warga Desa Stabelan, Selo mengaku hanya bisa pasrah dengan terjadinya hujan abu Merapi. Dia dan petani lainpun terpaksa harus membersihkan abu yang menempel pada daun tembakau sebelum dipanen. Caranya dengan mengayunkan sapu lidi secara pelahan.pungkasnya.

“Istilahnya digepyoke agar abu yang menempel rontok dan daun menjadi bersih,”ujarnya.

Eko menjelaskan, setalah beberapa kali diguyur hujan abu sejak Senin malam. Hasil panen tembakau miliknya tidak seperti yang diharapkan, selain kualitasnya turun, harganya pun ikut anjlok.

“Abunya lumayan tebal. Kalau mau panen harus dibersihkan. Rugi, ini panenan kedua, kalau biasanya bisa panen 8 kuintal, karena hujan abu ini turun menjadi 5 kuintal,” pungkasnya.