Walidi, Penambang Tungku Pawon di Sumberlawang Sragen Tetap Aktivitas Meski Berpuasa

Penambang tungku pawon di wilayah Kecamatan Sumberlawang, Sragen, tetap beraktivitas meski berpuasa Rabu 23 Mei 2018. (Huriyanto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-SRAGEN-Meski menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadan, namun Walidi (38), warga Kaligandu RT 23, Desa Pagak, Kecamatan Sumberlawang, Sragen, tetap semangat beraktivitas. Kegiatannya itu pun tidak enteng, karena menambang batu dijadikan tungku masak.

Bapak dua anak ini, menekuni pekerjaan sebagai penambang padas pawon sejak puluhan tahun. Di tanah yang berukuran panjang 20 meter dan lebar 40 meter ini, Walidi bersama delapan teman lainnya sejak pukul 08.00 WIB sudah mulai bekerja di lokasi tambang. Lokasinya di Dusun Pucung, Desa Pagak, Kecamatan Sumberlawang, Sragen.

Tanah Lokasi tambang tersebut adalah milik Ngadimin (60) warga setempat. Namun dibeli kontrak dengan panjang dan ukuran yang sudah di sepakati antara kedua belah pihak. Baik dari kelompok Walidi berjumlah 8 orang, maupun pihak Ngadimin sang pemilik tanah tambang.

Saat fokusjateng.com mendatangi lokasi tambang tersebut Rabu 23 Mei 2018, Walidi mengatakan bahwa pengalaman bekerja membuat kerajinan tungku pawon Jawa ini didapat dari orang tuanya. Tradisi membuat kerajinan pawon ini sudah sejak nenek moyang sebagai warisan turun-temurun.

”Pengalaman pertama dari bapak saya, pertama kerja membuat tungku ini dulu ikut orang. Setelah punya modal saya membuka tambang sendiri meski patungan sama teman-teman satu rombongan seprofesi,” ujarnya.

Sementara itu, alat-alat yang digunakan untuk menbuat tungku pawon padas juga sangat sederhana dan manual. Seperti cangkul, aret, linggis, ember, pecok atau petel. Sedangkan dari hasil tambang kerajinan pawon tungku ini dijual di beberapa daerah, seperti Sragen, Boyolali, Klaten, Karangayar, dan daerah Purwodadi, bahkan sampai Demak dan Jepara.

Dia berharap agar tetap diberikan kesehatan dan rejeki melalui kerajinan membuat pawon padas. Sehingga tetap bisa mendapatkan penghasilan untuk biaya sekolah kedua anaknya yang masih duduk di bangku SMP dan SMP.

”Ya harapan saya semoga tungku pawon ini tetap diminati masyarakat karena ini sudah sejak dulu digunakan orang Jawa untuk alat masak sehari-hari. Meski sudah ketinggalan zaman terkadang tungku pawon ini masih digunakan dalam acara sekala besar. Seperti acara pernikahan di kampung dan lainnya untuk masak nasi maupun membuat wedang untuk tamu undangan,” katanya.