Waspadai Parasit Darah pada Hewan Ternak

Fokus Jateng-BOYOLALI,- Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah meminta para peternak yang ada di wilayah tersebut untuk mewaspadai munculnya penyakit hewan ternak saat musim hujan, beberapa laporan terkait kasus penyakit parasit darah.

Data di Disnakan Boyolali menyebut sejak awal tahun hingga akhir bulan Oktober, sudah dilakukan monitoring terhadap hewan ternak yang ada di Boyolali.

Diantaranya dengan mengambil uji sampel dari darah, tanah, otak, swab, serta organ dalam hewan. Hasilnya, ditemukan beberapa penyakit seperti Anthrax, Brucellosis, Leptospirosis, Parasit darah, AI, CSF/ASF, PMK, LSD, IBR, Helminthiasis, serta SE.

“Peternak harus mewaspadai peralihan musim, karena ada beberapa laporan terkait kasus penyakit parasit darah ini,”kata Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Hewan (Keswan) Disnakkan Kabupaten Boyolali Afiany Rifdania. Senin 3 November 2025.

Dijelaskan penyakit parasit darah dapat menular antartubuh sapi melalui perantara caplak. Hal ini membuat penyakit satu ini tidak bisa dilihat secara kasat mata dan harus melalui pengambilan sampel darah.

“Penularannya melalui caplak. Caplak beranak dan menular ke yang lain.”

Menurut Afiany, apabila hewan ternak terserang parasit darah, biasanya hewan tersebut akan rentan terserang penyakit. Sebab, parasit darah mempunyai sifat menurunkan imun (imuno supresif), sehingga ternak yang terserang parasit bisa akan tiba-tiba terlihat lemas akibat penurunan imun.

“Drop imunnya, dan dapat menyebabkan penyakit lainnya muncul, atau istilahnya jadi rentan terhadap penyakit lain spt PMK, Gangguan Pernafasan BRDC (Bovine Respiratory Disease Complex) dan lain-lain,” kata Afiany.

Sebagai langkah penanggulangan, pihaknya sudah melakukan pengobatan ternak yang terinfeksi, desinfeksi kandang dan lingkungan sekitar, terutama pemberantasan vector.

Disnakkan juga melakukan peningkatan Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE), sebagai pencegahan dan pemberantasan penyakit kepada masyarakat.

“Kalau vaksinnya belum ada, sehingga dinas hanya bisa membantu masyarakat melalui tenaga medis di setiap puskeswan yang ada di setiap wilayah,” ujarnya.

Dengan demikian peternak tetap harus melakukan upaya pemberantasan caplak dengan membersihkan kandang secara rutin.

“Selain itu, kita harus meningkatkan sendiri pengawasan terhadap lalu lintas ternak dari dan ke luar daerah, karena biasanya penyakit itu muncul karena proses jual beli dari daerah lain,” pungkasnya. ( yull/*”)