Para Peternak dan Pembudidaya Lebah Madu Terancam Gulung Tikar

ilustrasi (doc/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG=BOYOLALI-Peternak lebah madu Ampel Boyolali, mengaku kesulitan memasarkan hasil panen madu miliknya, ditambah lagi harga madu terus merosot dari Rp 110 ribu turun menjadi Rp 40 ribu, padahal saat ini hasil panen madu melimpah ruah.
“Iya, musim kemarau seperti sekarang ini seharusnya menjadi momen panen rayanya petani madu.Tanaman pohon yang tengah berbunga memiliki banyak kandungan madu yang menjadi sumber pangan lebah. Tapi sulit pemasarannya, harga pun jatuh,” kata Trisnanto (37) salah satu peternak madu di Desa Tanduk, Kecamatan Ampel. Selasa 10 Oktober 2023.
Hanya saja, para peternak lebah mulai kesulitan memasarkan madu hasil produksinya. Padahal, sebelumnya, saat melakukan panen madu di lokasi pembudidayaan lebah, sudah banyak pengguna jalan yang membeli. Namun kini sudah sangat jarang yang membelinya.
Ia mengatakan, pada panen madu tahun lalu, petarnak madu bisa menghasilkan Rp 1,2 juta per glodok madu. Namun belakangan ini perglodoknya hanya mencapai Rp 400-Rp 500 ribu saja. Selain Madu, produksi lebah lainnya berupa Royal Jelly juga turun. Dari harga Rp 750 ribu per kilogram, saat ini menjadi Rp 600 ribu per kilogramnya.
“Sekarang panen madu peternak harganya hancur, benar-benar hancur, kami kesulitan menjual,” katanya.
Kondisi tersebut membuat komunitas pembudidaya Lebah madu tak bisa berbuat banyak dalam pengendalian harga madu dan pemasarannya. Sementara mereka masih harus mencukupi kebutuhan pokok sehari –hari.
“Teman pembudidaya ya sudahterdesak kebutuhan masing-masing. Jadi saat ini tak ada standar harga membuat harga madu tak bisa dipatok. Asal ada yang mau beli ya sudah lepas saja.” (**)