FOKUS JATENG-BOYOLALI- Tradisi Lampetan atau melepas bebek putih usai resik-resik sungai di kawasan umbul Tlatar digelar warga Desa Kebun Bimo, Kabupaten/Kecamatan Boyolali serta Warga Desa Pager Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang berlangsung meriah.
Diawali dengan membersihkan sungai, tampak warga begitu bersemangat gotong royong. Mereka dipecah sesuai kelompok tiap RT untuk membersihkan bagian hulu hingga hilir.
“Secara otentik tidak ada yang bisa menyebutkan awal mulainya tradisi ini. Namun, diperkirakan bermula ketika Ki Ageng Wonotoro melakukan siar Islam di kawasan ini,” kata Sekdes Kebun Bimo Lyan Astamara, disela kegiatan pada Sabtu 17 Sebtember 2022.
Seusai membersihkan sungai, ratusan warga kembali berkumpul untuk melakukan kirab. Berbagai ubarampe juga dipersiapkan. Bahkan berbagai umbul-unbul juga terpasang di sepanjang jalan.
Hadir dalam acara tersebut, Camat Boyolali Kota, Suwarno; Ketua Komisi IV DPRD Boyolali, Subagyo; dan perwakilan warga Desa Pager, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang serta sejumlah undangan lainnya.
Acara diawali dengan kirab gunungan dari halaman Balai Desa Kebonbimo menuju Umbul Tlatar yang berjarak 1 km karena mengambil jalan memutar. Ada dua gunungan besar yang dibawa yaitu gunungan agung dan gunungan hasil bumi. Turut dikirab 23 tumpeng kecil dari perwakilan 23 Rt setempat.
Sesampai di Umbul Tlatar, seluruh gunungan pun ditata rapi. Lalu digelar acara penangkapan dua ekor bebek putih sebagai lambang hati bersih dan syukur atas karunia Tuhan. Sepasang bebek putih itu sebelumnya telah dilepaskan di umbul Ngasem, setelah ada aba-aba sejumlah warga pun berenang untuk menangkapnya.
“Sebelum masuk ke dalam air dan menangkap bebek terlebih dahulu kita berdoa. Doa ini kita panjatkan sebagai bentuk syukur atas rezeki, dilindungi dan tentunya meminta agar air di seluruh umbul Tlatar ini selalu melimpah,” imbuh Lyan.
Tidak lama setelah bebek berhasil ditangkap, gunungan hasil bumi pun langsung diserbu warga. Dalam tempo sekejap, aneka buah- buahan dan sayuran gunungan pun ludes.
Kemudian ribuan warga dari kedua wilayah, mendapatkan kesempatan untuk makan bersama nasi tumpeng yang semua dikirab. Panitia menyediakan pincuk atau wadah makan dari daun pisang bagi warga yang akan bersantap.
Kades Kebonbimo, Sudadi menjelaskan, tradisi tersebut digelar setiap tahun. Yaitu, sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Mahaesa atas karunia umbul atau sumber air yang mampu menghidupi masyarakat.
“Memang saat pandemi, tradisi itu ditiadakan dan baru digelar lagi sekarang ini,” katanya usai acara.
Sebelum dilakukan kirab, maka warga Desa Kebonbimo dan Desa Pager, Kecamatan Kaliwungu, Kebupaten Semarang melakukan bersih- bersih saluran air. Mengingat dua desa itulah yang paling banyak memanfaatkan air Umbul Tlatar.
“Utamanya untuk irigasi pertanian,” katanya.
Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Boyolali Supana menyambut positif acara tersebut. “Kami berharap kegiatan ini mendorong pariwisata di Tlatar. Sekaligus mendongkrak kegiatan ekonomi masyarakat sekitar,” pungkasnya. (*)
Memaknai Tradisi Lampetan di Tlatar Kebonbimo

Gunungan hasil bumi pun langsung diserbu warga. Dalam tempo sekejap, aneka buah- buahan dan sayuran gunungan pun ludes. (yull/Fokusjateng.com)