CUACA EKSTREM: Ribuan Ikan Karamba Waduk Kedungombo Mati Mendadak, Ini Langkah Petani Wilayah Sragen

Petani karamba Waduk Kedungombo menyiasati agar ikan tidak mati di pergantian musim. (Huriyanto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-SRAGEN-Para petani ikan karamba di Waduk Kedungombo (WKO) mulai waswas. Sebab, di pergantian musim seperti sekarang ini, berdampak pada kematian ikan. Kini, dampak itu sudah terasa dengan adanya ikan di karamba sebagian sudah mati.

Menyiasati agar tidak merugi besar, petani karamba asal Sragen yang membuka karamba di sebelah barat, harus memindahkan karamba mereka ke arah timur (Sragen). Hal ini untuk menghindari dampak musim.

Anton Setiawan (27), warga Boyolayar RT 26, Desa Ngargosari, Kecamatan Sumberlawang, Sragen mengatakan, kondisi saat ini petani karamba sedang siaga satu. ”Bagian saya di Boyolayar masih terselamatkan, tapi yang di bulu Boyolali yang terkena,” jelasnya Sabtu 7 Juli 2018.

Di wilayah tersebut ada 50-an petani karamba. Ribuan ikan yang dipelihara mati mendadak. Anton sendiri sudah 3 tahunan menjadi petani karamba di WKO. Kasus ikan mati mendadak ini sudah sejak dahulu menghantui para petani karamba.

“Ini sudah menjadi penyakit tahunan Mas, ikan mati mendadak itu pasti menyerang setiap bulan 7. Dari pengalaman teman-teman itu air yang paling bawah adalah kotoran yang menjadi racun. Air racun itu naik ke permukaan jadi ikan kalau terkena itu pasti mati,” papar dia.

Selain itu penyebab ribuan ikan mati di WKO, banyak yang mengatakan akibat cuaca buruk. Saat musim kemarau seperti ini suasana di sekitaran waduk angin sangat kencang. Di tambah dengan air waduk sangat dingin.

Sekdes Ngargotirto Suharno mengatakan, setiap bulan Juli hembusan angin dari arah selatan ke utara. Ditambah kondisi air sangat dingin. Ikan mati mendadak biasanya berlangsung tidak lama dan selanjutnya kondisi akan normal kembali.

“Kabar yang saya terima itu banyak ikan mati di daerah Dukuh Bulu, Desa Wonoharjo, Boyolali. Tetapi kalau yang sebelah timur persisnya di Ngasinan ini sementara aman. Petani kami yang memiliki karamba di Boyolali  menarik ke arah sragen untuk mendapatkan perlindungan bisa bertahan,” tuturnya.