FOKUS JATENG – KARANGANYAR – Ribuan masyarakat di Kecamatan Jatipuro, Karanganyar, tumpah ruah memenuhi pusat kota kecamatan setempat Jumat 6 Oktober 2017. Kehadiran mereka merayakan adat tradisi ”Wahyu Kliyu”. Adat tradisi turun-temurun ini dilaksanakan setiap tanggal 14 Suro (penanggalan Jawa) diharapkan mampu menjadi destinasi wisata baru di Bumi Intapari.
Tradisi ini merupakan upacara adat selamatan berupa sedekah kue Apem yang diselenggarakan masyarakat Dusun Kendal, Desa Jatipuro. Ini digelar setahun sekali pada bulan Muharam (Suro) tepat pada malam bulan purnama. Namun, pada tahun ini perayaannya sedikit berbeda lantaran diselenggarakan sehari penuh.
Pada siang hari juga ada kirab dan pembagian kue Apem pada warga yang hadir. Setiap melempar Apem warga berteriak serentak ”Wahyu Kliyu, Wahyu Kliyu” hingga apem habis dibagikan.
Camat Jatipuro Eko Budi Hartoyo menuturkan, tradisi Wahyu Kliyu berasal dari bahasa Arab ”Yaqayu Yaqayum” yang artinya Yang Memberi Kekuatan. Pada zaman dulu tradisi ini sempat tak dirayakan, namun warga terkena bencana, tanah menjadi kering dan pecah, bahkan banyak bencana yang menimbulkan kematian.
”Puncak ritual Wahyu Kliyu di Kendal Lor pada malam hari dilanjutkan wayang kulit semalam penuh. Untuk hari ini (kemarin-Red) ada pentas seni, kirab budaya dengan bagi apem dan festival, pada malam juga ada wayang orang,” jelasnya di sela kegiatan.
Diharapkan, dengan perayaan setiap tahun Wahyu Kliyu ini bisa meningkatkan ekonomi masyarakat. Apalagi di titik awal ini tradisi Wahyu Kliyu didukung oleh empat kecamtan yakni Jatipuro, Jumapolo, Jumantono, Jatiyoso dan Pemkab Karanganyar. Sehingga, pihaknya sangat berharap tradisi ini bisa menjadi destinasi wisata baru, dan mengundang banyak wisatawan.
Salah satu warga Hartono (46) mengaku senang bisa mendapatkan banyak Apem. ”Saya senang dengan tradisi ini, saya berharap keluarga mendapat berkah dan keselamatan. Acaranya juga ramai, ada reog dan pentas seni juga,” ujarnya.