Temuan Manuskrip di Boyolali Jadi Bukti kekayaan Intelektual dan Budaya Masyarakat Lokal

Salah satu naskah kuno yang dimiliki warga Boyolali (doc/Fokusjateng.com)

Fokus Jateng- BOYOLALI,-Manuskrip yang ditemukan di lingkungan masyarakat Boyolali merupakan karya intelektual orang terdahulu memiliki nilai sejarah dan budaya tinggi. Selain menyimpan khazanah keilmuan, naskah kuno ini dapat dijadikan kajian filologi untuk mempelajari tradisi dan budaya.
Asisten 2 Sekda Boyolali, Insan Adi Asmono bersama Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Boyolali melakukan penelusuran langsung ke sejumlah desa di Kabupaten Boyolali. Hasilnya, ditemukan lima naskah kuno yang memiliki nilai sejarah dan budaya tinggi, sebagian besar dalam kondisi fisik yang rentan, namun masih cukup utuh untuk diidentifikasi dan dikaji lebih lanjut.
“Memang sebagian besar temuan dalam kondisi fisik yang rentan, namun masih cukup utuh untuk diidentifikasi dan dikaji lebih lanjut,” ujarnya, Rabu 4 Juni 2025.
Sebuah mushaf Al-Qur’an kuno juga ditemukan di Desa Cabean Kunti, Kecamatan Cepogo. Naskah ini diperkirakan berasal dari abad ke-18 hingga awal abad ke-19. Ditulis dengan aksara Arab berharakat dan menggunakan media kertas, mushaf ini berisi 30 juz Al-Qur’an lengkap. Ukuran fisiknya cukup besar, yaitu 33 cm x 23 cm dengan tebal 6,5 cm.
“Meskipun telah berusia ratusan tahun, mushaf ini masih memperlihatkan karakter khas manuskrip keagamaan masa lalu, dan kini dimiliki oleh warga setempat bernama Slamet.”
Kemudian ada naskah Serat Witaradya yang diperkirakan berasal dari abad ke-17. Naskah ini ditemukan di Desa Tanduk, Kecamatan Ampel, dan ditulis dengan aksara serta bahasa Jawa. Media yang digunakan adalah kertas. Berdasarkan informasi awal, naskah ini ditulis oleh pujangga Jawa Raden Ngabehi Ranggawarsita pada tahun 1863 Masehi. Karya ini merupakan bagian dari kelompok Serat Maharaka dalam konstruksi teks-teks Pustakaraja, yang dikenal sebagai Serat Pustakaraja Puwara. Serat Witaradya mengisahkan perjalanan Prabu Kusumawicitra (juga dikenal sebagai Prabu Ajipamasa-red) dalam memerintah kerajaan Pengging Witaradya hingga menyerahkan tahta kepada putranya, Prabu Citrasoma.
“Karya ini tidak hanya menggambarkan sejarah kerajaan, tetapi juga mencakup struktur naratif, lokasanggraha (teologi alam), dan genealogi yang berkaitan dengan dinasti raja-raja Kraton Surakarta dan Pura Mangkunegaran,” katanya .
Dari lokasi yang sama dengan temuan mushaf, yaitu Desa Cabean Kunti, juga ditemukan naskah Serat Ambiya’, sebuah manuskrip langka yang ditulis pada masa akhir abad ke-18, tepatnya sekitar tahun 1784 hingga 1786 Masehi. Naskah ini menggunakan aksara Arab Pegon dan ditulis dalam bahasa Jawa. Media tulis yang digunakan adalah dluwang (kertas tradisional Jawa). Naskah ini berisi kisah-kisah para Nabi dan Rasul, ditulis oleh Ki Prawiro Sedono berdasarkan karya KH Hasan Munadi, seorang ulama lokal pada masa itu. Naskah ini merupakan contoh penting dari akulturasi tradisi Islam dan budaya lokal di Jawa. Pemilik saat ini adalah Khamid Winarti.
Sementara itu, di Desa Tanduk juga ditemukan sebuah manuskrip lain yang belum diketahui judul maupun isi lengkapnya. Naskah ini ditulis dengan aksara dan bahasa Jawa di atas media dluwang, dan memiliki ukuran 22 cm x 18 cm dengan tebal 1 cm.
“Berdasarkan pengamatan awal, naskah ini berisi tulisan yang berkaitan dengan ajaran spiritual dan kejawen, namun isi pastinya masih menunggu kajian lebih lanjut. Manuskrip ini juga dimiliki oleh Sumari.”
Temuan terakhir berasal dari Dukuh Sewengi, Desa Kembang, Kecamatan Gladagsari, berupa sebuah manuskrip beraksara Arab Pegon dan berbahasa Jawa. Ditulis di atas kertas produksi Eropa, naskah ini diduga berasal dari masa transisi kolonial. Meskipun substansi isinya belum sepenuhnya diidentifikasi, teks awal menunjukkan adanya kandungan keislaman yang disampaikan dalam gaya tutur lokal. Naskah ini kini disimpan oleh Bapak Sucipto dan, warga Dukuh Sewengi bersama Komunitas Sedalu.
Insan menegaskan, kelima naskah tersebut telah melalui proses alih media (digitalisasi) dan akan menjadi bagian dari koleksi digital Perpustakaan Daerah Kabupaten Boyolali. Sebagai upaya lebih lanjut dalam pelestarian dan pengarsipan nasional,
“Naskah-naskah ini juga akan didaftarkan ke portal Khastara milik Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, yang dapat diakses melalui laman https://khastara.perpusnas.go.id.” (yull/**)