Fokus Jateng- BOYOLALI,- Sejumlah ulama di Boyolali mengingatkan tentang semangat untuk meneruskan perjuangan para pahlawan dan para syuhada ketika memperingati hari Pahlawan. Hal itu terungkap saat Perkumpulan Nyai Kawung menggelar acara Ngaji Budaya Peringatan Hari Pahlawan di Joglo Mas Sehna Sukorame Musuk, Minggu 10 November 2024 malam.
Turut hadir KH. Rahmat Agus bin Kiai Abdurrahman (Gus Par Wong) Pengasuh Pesantren dan Rumah Kebudayaan Surau Kami Semarang dan Kyai Mukminin (Gus Minin) Ketua / Pembina Perkumpulan Nyai Kawung Boyolali selaku Pembicara.
Nampak juga tokoh-tokoh di Boyolali seperti H. Sumarno Lindu, Gus Ipud, Drg. Fauzan Arif Munandar (Mas Dokter), Pegiat Seni Candra Harjanto dan Alifia Arsi dari Salatiga, Pegiat Seni Rupa Imam Alamanda Suruh Semarang, santri, pemuda, warga sekitar dan grup music Nyai Kawung.
“Acara ini kami gelar dalam rangka mengingat dan meneruskan perjuangan para pahlawan, para syuhada yang gugur membela bangsa dan negara Indonesia. Acara ini kami desain ada orasi budaya, musik, puisi dan dialog interaktif, sehingga ada nuansa yang lebih menarik”, Kata Ismail Alhabib, Sekjen Nyai Kawung.
Diawali dengan dzikir tahlil serta kirim doa kepada para pahlawan dilanjut orasi budaya oleh Gus Par, diselingi musik dan puisi oleh Candra dan Alifia.
Dalam orasinya Gus Par menjelaskan bahwa Hari Pahlawan 10 November itu bermula dari Fatwa Resolusi Jihad 22 Oktober oleh KH. Hasyim Asy’ari yang sekarang menjadi Hari Santri Nasional dan selanjutnya melahirkan konsep pertahanan rakyat semesta oleh Jendral Sudirman.
“Mengingat kekejaman penjajah dan kedatangan Kembali tentara Inggris, Belanda dan sekutunya yang mengancam kemerdekaan, kedaulatan Indonesia dan kenyamanan umat dalam beribadah, Mbah Hasyim mewajibkan umat Islam jihad melawan mereka, ” tutur Gus Par.
“Mbah Hasyim mengkonsolidasikan semua ulama, pemuda dan tentara rakyat termasuk Kyai dari Jawa Barat dan Jawa Tengah. Sehingga serangan belum dimulai sampai menunggu Kyai Abbas Cirebon. Termasuk bambu runcing yang sudah disuwuk itu sebagian berasal dari KH Subuki dan Kiai Sumihardo Parakan Temanggung Jawa Tengah,” lanjut Gus Par Kyai Nyentrik yang dulu aktif di Lembaga Dakwah PBNU.
Dalam sesi interaktif, Yanto dari peserta mengharapkan agar Perkumpulan Nyai Kawung selain menjadi wadah seni budaya tapi juga bisa menjadi wadah melestarikan lingkungan karena bumi kita makin panas.
Gus Minin selaku Pembina Nyai Kawung merespon positif dan menambahkan bahwa kalau dulu perjuangan pahlawan itu betul-betul perang melawan penjajah, namun sekarang ini perjuangan kita sekarang ini jihad melawan nafsu kita dan meneruskan jariyah perjuangan pendahulu agar tetap selalu mengalir.
“Saya berharap dengan ngaji budaya dan Perkumpulan Nyai Kawung ini bisa menjadi wadah kita bersama untuk saling belajar dan selalu bergerak meneruskan perjuangan para pendahulu dan guru-guru kita” ucap Gus Minin mengakhiri. (ist/**)