Fokus Jateng – SOLO- Program Studi S2 Pendidikan Sains Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menyelenggarakan Workshop dan Pelatihan, bertajuk Peningkatan Kualitas Publikasi Melalui Pelatihan Analisis Data Kualitatif Dengan Quirkos, pada Minggu 10 Maret 2024, di Ruang Classroom 3 Lantai 5 UNS Tower.
Dalam kesempatan itu, Program Studi Magister Pendidikan Sains FKIP UNS sebagai pelenggara Workshop dan Pelatihan, memberikan ruang gratis dan terbuka bagi dosen dan mahaiswa S-2 Pendidikan IPA FKIP UNS, mengingat manfaat mengikuti kegiatan ini akan mendapatkan ilmu, relasi, dan sertifikat. “Minimal, Workshop dan Pelatihan ini dapat memberi wacana baru riset kedepannya bagi dosen dan mahasiswa,” kata Kepala Program Studi S2 Pendidikan Sains FKIP UNS Surakarta, Dr. Puguh Karyanto, S.Si, M.Si, PhD.
Senada, Dekan FKIP UNS Surakarta, Prof. Dr. Mardiyana, M.Si, mengapresiasi acara Workshop dan Pelatihan yang diadakan Program Studi S2 Pendidikan Sains.
“Secara garis besarnya mengenai workshop ini merupakan kegiatan positif. Kegiatan ini dapat menunjang dan mendukung keberadaan mahasiswa yang saat ini sudah banyak lulusan S2 dan S3 bisa lulus tepat waktu. Bahkan S3 UNS sudah bisa lulus 2.5 tahun. Sehingga kegiatan analisis kualitatif sangat membantu mahasiswa dalam menyelesaikan masa studi dan penelitian bagi mahasiswa,” papar Mardiyana dalam sambutannya.
Sementara, narasumber utama Bambang Sumintono, PhD menyampaikan bahwa Pelatihan Analisis Data Kualitatif Dengan Quirkos memiliki banyak keuntungan. Analisis data dengan software atau perangkat lunak analisis data kualitatif, yakni bebas dari tugas-tugas manual (menghemat waktu), efisien dengan data dalam jumlah besar (fleksibilitas meningkat), peningkatan validitas dan auditabilitas suatu penelitian kualitatif serta lebih efektif dalam menyimpan pengkodean, pengambilan, dan pengelolaannya. Sebaliknya, bahwa pengkodean (coding) adalah proses mereduksi data menjadi pengelompokan yang lebih kecil sehingga lebih mudah dikelola.
“Jadi, proses tersebut juga membantu untuk mulai melihat hubungan antar kategori dan pola interaksi. Sehingga bisa berbentuk open coding (dari data) atau sistematik sudah dipersiapkan,” ujar Bambang.
Dosen dari Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) ini mengemukakan, bagaimana melakukan pengkodean, dengan cara Line-by-line coding; Descriptive coding; Values coding; Versus coding. Begitu pula untuk Interpretative Phenomenological Analysis (IPA) coding (upaya oleh responden untuk memahami bagaimana mereka mengalami dan memaknainya) dan In-vivo coding (“in that which is alive”; kata-kata yang digunakan oleh peserta). Selanjutnya, praktek untuk melakukan coding dari file Transcript.
“Buat coding baru untuk kode/info berbeda (warna berbeda), lalu menetapkan coding yang sama untuk info yang sejenis,” katanya.
Selanjutnya, papar Bambang, apabila melihat ke file lainnya: Observation dan Document, maka tetapkan coding serupa jika sudah ada dan buat code baru jika tidak dapat menemukan kecocokan. Bagaimana pengelolaan coding di Quirkos? Gabungkan satu coding ke coding lain, naikkan level atas-bawah tinggal digeser. Menganalisis pengkodean mana yang lebih penting dan terdiri dari pengkodean lainnya. Aturan baku: level coding maksimal empat level (agar lebih jelas dna mudah dipahami).
Pada sesi terakhir, acara ditutup foto bersama antara penyelenggara, narasumber dan peserta Workshop dan Pelatihan tentang Peningkatan Kualitas Publikasi Melalui Pelatihan Analisis Data Kualitatif Dengan Quirkos. (ist)