Terancam Kekeringam Stok Beras di Boyolali Masih Aman

Agustus 2023 Boyolali masih surplus dua ribu ton. Lahan pertanian yang menanam padi juga dua ribuan hektar. (doc/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI – Saat musim kemarau, sawah tadah hujan di kawasan Boyolali dengan luasan sekitar 11.125 hektar terancam bakal mengalami kekeringan. Kendati demikian, Dinas Pertanian (Dispertan) memastikan Boyolali masih surplus gabah kering giling.
Menurut Kepala Dispertan Boyolali, Joko Suhartono, lahan pertanian sawah di Boyolali ada yang mengandalkan saluran irigasi teknis dan ada juga yang tadah hujan. Berdasarkan data statistik pertanian (SP) pada 2022, luas lahan sawah tadah hujan seluas 11.125 hektar. Ada yang bisa satu kali hingga tiga kali tanam padi.
“Pada 2022 luas sawah tadah hujan seluas 11.125 hektar, yang terdiri dari 124,4 hektar satu kali tanam padi, 10.340,6 hektar dua kali tanam padi dan 170 hektar bisa tiga kali tanam padi. Sedangkan yang tidak ditanami padi (Komoditas lain,Red) ada 490,6 hektar,” katanya. Rabu 23 Agustus 2023.
Sawah tersebut mengandalkan pasokan air hujan untuk tanam. Sehingga saat musim kemarau, sawah tanah hujan terancam puso. Meski demikian, Joko menjelaskan per 15 Agustus belum ada laporan kekeringan lahan. Dikarenakan panen padi banyak terjadi pada Mei dan Juni. Dengan demikian, terkait suplai beras, Joko memastikan masih aman. Per Juli, luasan lahan yang menanam padi di sawah irigasi seluas 2.191 hektar. Sedangkan luas lahan panen mencapai 3.670 hektar. Kemudian, produksi gabah kering giling pada Juli mencapai 21.047 ton dan produksi beras bersih 12.079 ton.
“Kalau dihitung, jumlah penduduk kita ada 1.079.952 orang dengan kebutuhan konsumsi beras itu mencapai 10.042 ton. Itu sesuai hitungan rata-rata konsumsi per kapita nasional, yakni satu orang per tahunnya mencapai 111,58 kilogram. Di Boyolali, dengan produksi beras bersih 12.079 ton itu, kami masih surplus 2.037 ton per Juli. Jadi masih aman,” katanya. (**)